30. Setengah Tahun

18 2 0
                                    

Januari 2023 ....

Tak ada yang lebih membahagiakan, dari pada melihat jerih payahmu membuahkan hasil yang maksimal. Tak ada yang lebih mengharukan, dari pada melihat karyamu dihargai banyak orang. Dan ... tak ada yang lebih melegakan, dari pada melihat usahamu memuaskan orang lain. Ya, itulah yang Fatimah rasakan selama 6 bulan ini. Tak ia duga bahwa usahanya mengembangkan R&K Restauran, ternyata bisa menarik perhatian banyak pelanggan, bahkan di bulan Januari ini, jumlah pelanggan mengalami peningkatan.

Akhirnya, karena terlalu fokus memberikan hasil yang terbaik pada pelanggan, ia sampai melupakan mimpi bertahun-tahun yang ia rajut penuh perjuangan, yaitu menjadi seorang arsitek yang bekerja di perusahaan. Biarlah. Ia memang sangat menginginkan itu, tetapi melihat pintu berkat mengalir melalui usaha restoran, ia akhirnya terjun menjadi pemilik yang selalu ada di sana. Memang tidak secara langsung ia ada dan turun tangan. Ia lebih suka beraksi di balik layar, dengan beberapa alasan, yang salah satunya, yaitu menyembunyikan diri dari seseorang yang selama 6 bulan ini tak pernah bosan bolak-balik Jakarta-Bandung, hanya untuk bertemu dengannya. Meskipun 6 bulan itu tidak menghasilkan apa-apa, karena ia tak pernah menampakkan diri.

Sejujurnya Fatimah merindukan Narji. Bagaimanapun juga, pria itu telah mengukir banyak kenangan bersamanya, melewati banyak hujan badai bersamanya, dan yang paling penting, pria itu jugalah yang membuatnya kembali merasakan jatuh cinta. Bahkan sampai sekarang, meskipun 6 bulan telah berlalu, tetapi tidak dengan perasaannya. Tak ada yang berubah dengan isi hatinya.

Fatimah berusaha mati-matian agar tidak muncul di hadapan Narji setiap kali pria itu ke restoran hanya untuk menemuinya. Narji tidak tahu bahwa Fatimah selalu tahu kapan ia datang ke restoran. Ia menghargai usaha Narji yang tak bosan menghadapi 3 jam perjalanan hanya untuk mengobrol dengannya. Namun Fatimah tak bisa menerima kehadiran Narji. Fatimah masih belum lupa bagaimana pria itu membodohinya. Dan ia benci itu. Jika ia menuruti perasaannya, maka ia tak ada bedanya dengan Yusni, yang mau mendekati Hendra, meskipun tahu kalau Hendra sudah punya istri.

Ros beberapa kali membujuk Fatimah agar mau menemui Narji, tetapi itu semua sia-sia. Ros menceritakan bagaimana usaha Narji meyakinkan dirinya, meminta maaf atas semua kesalahannya, dan memohon-mohon supaya bisa menemui Fatimah. Mungkin di sini bukan hanya Narji yang bersalah, tetapi juga Fatimah. Ia bertindak seperti pengecut yang lari dari masalah, tanpa menjelaskan apapun. Apakah Fatimah salah bertindak? Haruskah ia dengar penjelasan Narji dahulu sebelum meninggalkannya? Entahlah. Yang Fatimah rasakan saat ini hanya sedikit menyesal karena tega membiarkan Narji ke sini tanpa hasil. Namun kalau dipikir-pikir, itu lebih baik dari pada ia menemui Narji, lalu jatuh kembali pada pria itu, dan menuruti egonya, sampai tidak memikirkan perasaan Dewi.

Sementara Amira, sepertinya gadis itu sudah kapok menemui Fatimah, sejak kejadian beberapa bulan lalu, di mana ia tanpa sengaja melukai salah satu karyawan Fatimah yang bernama Delina, dan berakhir di kantor polisi. Ah, mengingat kejadian itu, Fatimah menjadi geram, karena ia tak pernah suka jika ada yang mengganggu teman-temannya. Hanya untuk menyakiti Fatimah, Amira sampai rela melakukan kekerasan pada Delina.

"Mbak, mi ayamnya seporsi, yah!" ucap Indah, salah satu karyawan yang saat itu bertugas menerima pesanan pelanggan. Sementara Fatimah yang tengah sibuk di dapur, langsung mengangguk.

"Bakso beranaknya udah dikasih, Ndah?"

"Baru mau dikasih nih, Mbak."

"Oke. Oh ya, tolong kamu bilang ke Ros buat jagain kasir sebentar, soalnya Delina lagi sakit perut."

"Siap, Mbak!"

Fatimah yang sudah lincah dengan berbagai bumbu, langsung menyiapkan bahan, baik untuk minyak ayam, maupun untuk kuahnya. Kebetulan ada sekitar 5 orang yang memesan mi ayam, jadi langsung ia buatkan.

Mengukir Iktikad (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang