1. Bad Day

31 2 0
                                    

Januari 2022 ....

Seleksi Pelamar kerja

PT. Future Development hari ini pukul 11.00
wib
Kepada Saya

Hi, Rahayu Kusumawati,
Terima kasih sudah menyempatkan waktu
untuk melamar kerja di PT. Future
Development. Kami telah membaca resume
dan cover letter yang anda kirimkan, namun
kami tidak bisa meneruskannya ke tahap
selanjutnya.
Kami akan menyimpan resume dan cover letter
yang anda kirimkan untuk posisi lain
Di kemudian hari. Jika pada perusahaan kami
ada posisi yang sesuai dan tepat dengan
keahlian dan keterampilan anda, kami akan
menghubungi anda kembali.
Kami berharap yang terbaik untuk karir anda
dan jika ada kesempatan, kami akan
Mempertimbangkan posisi lainnya untuk anda.

Salam

(Manager HRD PT. Future Development)

Kiriman e-mail siang itu membuatnya menganga bukan karena terharu, tetapi karena jengkel dan tak habis fikri—eh pikir.

"Gila! gue pelamar pertama, berkas semua lengkap, baju sopan, pinter. Bisa-bisanya ditolak secara nggak sopan!" Ia menjeda, "Nggak rugi apa udah nolak cewek seksi, glowing, shining, splendid, dan candid sama bonusnya limited edition kayak gue? Emang mereka pikir bisa cari yang modelan gue di Louis Vuitton sama Gucci?"

Jantungnya berdegup tak keruan, ingin mencari sasaran empuk untuk menerima luapan emosi. Akhirnya, tangan mungil itu meninju dinding kamar yang berujung pada rasa sakit.

"Sialan! gue nggak terima. Gila kali! Udah berjuang mati-matian, banting tulang sampe keropos, sampe gigi ompong, keringat mengucur deras, namun kau tetap tabah huuuuu ... namun semangat tak pernah pudar, memikul beban yang makin berat, kau tetap setia ...."

Eh, gerutunya malah berlanjut menjadi lirik lagu "Ayah". Ternyata gue se-absurd ini, Ya Allah! batinnya kesal.

Ia kembali mengingat berkas yang dibutuhkan untuk melamar kerja.

Curriculum Vitae¹, fotokopi ijazah terakhir, fotokopi transkrip nilai, fotokopi sertifikat khusus bahasa asing, fotokopi sertifikat keahlian komputer, fotokopi KTP, SKCK, fotokopi bukti keterangan sehat dan pas foto hitam putih 3x4.

What the hell!

Memangnya mereka pikir untuk melengkapi semua persyaratan itu, ia bisa langsung mendapatkannya? tidak! butuh waktu berbulan-bulan setelah ijazah sarjana keluar, dan harus mengikuti kursus bahasa inggris serta kursus komputer. Belum lagi mengurus transkrip nilai yang membutuhkan waktu cukup lama. Dikira mereka semua itu mudah. Padahal selama ini, ia tak pernah menyerah meskipun harus menunggu lama demi mewujudkan impiannya itu—menjadi seorang arsitek yang sukses, punya banyak uang, jalan-jalan ke luar negeri, dan bertemu bule ganteng, hidung mancung, berkulit putih, lalu menikah dan punya anak, hidup bahagia selamanya. Hanya itu yang ia mau. Simpel, 'kan? Apakah dunia kerja memang sesulit itu? mungkinkah Ros, teman kuliahnya, berkata jujur, bahwa dunia kerja adalah dunia yang kejam?

"Besok gue harus ke sana!"

Ia menggerutu, mulutnya komat-kamit meluapkan emosi. Kacamata berdesain frame borderless yang masih bertengger di wajahnya segera dilepas, setelah sebelumnya ia sengaja mengenakan kacamata itu untuk membaca buku karya Claudia Sabrina Seni Mengendalikan Emosi. Kalau tadi ia membaca buku itu agar dapat terus mengendalikan emosinya yang sering kali kumat tiba-tiba, maka sekarang gairah membaca buku hilang seketika.

....

Tangannya terkepal, ingin memukul apapun yang ada di sekitar. Kacamata usang miliknya masih setia bertengger, disangga oleh pangkal hidungnya yang kecil dan mancung.
Postur tubuh pendeknya menjadi agak tinggi dengan bantuan wedges hitam pekat, membuatnya agak susah berjalan karena tidak biasa mengenakan aksesoris kaki wanita seperti itu. Ia biasanya mengenakan sneakers atau flatshoes.
Kepalanya mendongak, menatap kembali nama gedung tinggi yang tepat di depannya, bertuliskan 'PT. Future Development'. Ia mendengkus sekali lagi dan menarik langkah memasuki gedung.

Mengukir Iktikad (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang