21. Hari Perlindungan Anak

16 2 0
                                    

Selasa, 31 Mei 2022 ....

Kalian tahu apa yang spesial dari tanggal 1 Juni? Yeah! Besok adalah hari Perlindungan Anak, yang tidak hanya sebatas pada satu negara, tetapi seluruh dunia. Hari anak Internasional, ditetapkan pada tahun 1925 pada konferensi dunia untuk Kesejahteraan anak, yang dirayakan pertama kali pada tanggal 1 Juni tahun 1950. Peringatan ini selanjutnya baru dirayakan secara universal semenjak tahun 1954. Untuk memperingati hari sepenting itu, maka sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh Fatimah dan Narji, mereka akan mengadakan sosialisasi dengan tema "Dampak Pernikahan Usia Dini". Tujuan diselenggarakannya sosialisasi tersebut, yaitu untuk memberikan kesadaran pada seluruh masyarakat Desa Batutua, mengenai pentingnya pendidikan untuk anak, baik laki-laki maupun perempuan, serta bahaya yang akan timbul akibat pernikahan usia dini. Dan untuk pelaksanaannya, mereka sudah konfirmasi langsung dengan perangkat desa, dan memutuskan untuk mengundang seluruh warga, tak terkecuali ketua adat yang terkenal sebagai pemegang teguh tradisi nenek moyang.

Untuk mendukung kegiatan itu, Narji memaksa Ferdi supaya menjadi fasilitator. Tak hanya Ferdi, Rosdalima pun datang karena bujukan Fatimah. Padahal gadis itu mati-matian menolak, dengan alasan mengurus restoran. Setelah perdebatan panjang yang diiringi sedikit 'drama', akhirnya kedua orang itu terpaksa datang. Ferdi sudah datang sejak kemarin, sementara Ros akan tiba hari ini, sehingga ia meminta Fatimah menunggu.

"Temen lo udah sampe mana, Fat?" tanya Ferdi yang sudah tak sabar menunggu di rumah Ros.

"Setengah jam lagi udah sampe, Kak."

"Oke."

"Kamu kenapa?" Pertanyaan Narji merebut atensi Ferdi dan Fatimah. Sedari tadi pria itu memerhatikan gerak-gerik Fatimah yang terus mengusap perut.

"Enggak papa."

"Terus kenapa perutnya dipegang dari tadi? Kamu makan pedes lagi?"

"Enggak, Ji. Aku lagi ... lagi itu ...."

"Itu apaan?"

"Kamu nggak perlu tau, deh!"

"Loh! aku malah curiga!"

"Jangan-jangan lo hamil lagi!"timpal Ferdi yang langsung mendapat sorotan tajam Fatimah dan Narji.

"Ngaco, lo!"

"Sembarangan, Kak!"

Narji dan Fatimah menyanggah bersamaan.

"Terus apa coba kalo bukan hamil?"

"Ih! Aku lagi kedatangan tamu nggak diundang. Ngerti, 'kan?"

Narji dan Ferdi terbelalak, tampak sedikit malu karena keusilan mereka sendiri. Diam-diam Ferdi terus memerhatikan Narji, dan lagi-lagi dibuat bingung melihat sikap Narji yang terlalu kentara kalau ia 'perhatian'. Ada apa ini? Ferdi kenal betul sifat Narji luar dalam. Apapun gerak-geriknya ia hafal, karena mereka adalah teman sejak kecil. Ketika kemarin ia baru sampai, otaknya dipaksa berpikir keras mendengar sebutan 'aku-kamu' yang digunakan oleh dua sejoli itu. Rasanya seperti mimpi, karena Ferdi ingat betul kesan pertama kali mereka berdua bertemu, Narji tidak menyukai Fatimah. Pria itu bahkan bersikeras melawan ketika Ferdi meminta Fatimah untuk menjaganya. Akhirnya ia berusaha mencari tahu, sampai 'menginterogasi' temannya, tetapi Narji dengan sikap cuek hanya menjawab, "Nggak ada apa-apa". Tak sampai di situ, ia juga memerangkap Fatimah agar mau mengatakan apa yang terjadi antara mereka berdua, tetapi gadis itu sama menjengkelkan dengan Narji, dan hanya menjawab, "Mimpi kali, Kak".

"Aku pernah denger kalo cewek biasanya minum Kiranti buat ngilangin sakitnya,"kata Ferdi menimpali.

"Hehehe ... kalian kira aku lemah? Sakit gini doang udah minum obat."

Mengukir Iktikad (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang