AGATHEÁ XXVIII

4.7K 390 59
                                    

Selamat membaca,

jangan lupa vote dan komen

kencengin votmennya nanti upnya juga bakal dikencengin.

Anak babi anak unta selamat menikmati dan bercinta dengan dunia agatheá.

●●●

Drake melangkah masuk ke dalam istana kerajaan vampire setelah hampir dua bulan tidak pulang karena Lilyana menahannya. Istana yang ia masuki nampak sepi karena ayah dan ibunya tidak memiliki banyak dayang di dalam istana. Hanya ada beberapa pengawal yang menjaga di area singgah sana ayahnya.

"KAKAK DRAKE!"

Deg.

Tubuh Drake terpaku mendengar pekikkan melengking dari arah belakang tubuhnya. Ia mengenal suara gadis kecil yang seharusnya sudah tidak ada lagi di dunia Agatheá sekarang. Terdengar suara larian kecil kearahnya. Ia mulai membalikkan tubuhnya melihat adik bungsunya ternyata masih hidup.

Kemudian Drake tersenyum dan merentangkan tangannya menyamakan proporsi tinggi Selene yang berlari kemudian memeluknya. Kemudian keduanya pun berpelukan.

"Kau darimana saja? Aku merindukanmu kakak." Tanya Selene sambil memanyunkan bibirnya.

"Aku sedang menjelajah hutan utara daerah wilayah peri untuk ku tulis dalam buku penelitianku." Balas Drake dengan menangkup dagu adiknya tersebut.

Kemudian Selene menarik tangan kakaknya tersebut untuk masuk ke salah satu kamar di istana keduanya. Sungguh Drake masih kurang menangkap dengan situasi yang terjadi saat ini.

Selene duduk dipinggiran ranjang dengan menyiapkan beberapa buku yang ada diatas ranjang tersebut. "Aku ingin bercerita padamu, tapi janji jangan bilang siapapun ya termasuk ke kakak Jiveq."

Tanpa ambil pusing Drake menurut karena adik bungsunya ini masih sama seperti dulu hobi bercerita padanya mengenai masalah yang dialami ataupun masalah seseorang lain. Tidak ada yang berbeda pada fisik maupun sifat Selene hingga saat ini.

Lebih gampangnya Selene suka mengajak Drake gibah dan julid seperti Annora menurutnya.

"Berceritalah, aku akan mendengarkannya dengan baik."

"Kau tahu kata ibu dan yang lain sekitar dua bulan lalu ditemukan tewas mengambang diatas laut bersama Cassio." Selene mulai bercerita sembari membuka salah satu buku tebal nan usang seperti buku sejarah keajaiban agatheá. Halaman demi halaman ia buka hingga berhenti halaman seribu dua ratus empat puluh tujuh bab dua puluh tujuh mengenai segerombolan kupu-kupu hijau.

Drake memperhatikkan adiknya yang tengah membaca cepat halaman tersebut.

"Lalu?"

"Light Greeterfly yang disejarah mengenai kupu-kupu hijau bersinar terang dapat menghidupkan nyawaku dengan Cassio." Jelas Selene menunjuk judul halaman tersebut menceritakan tentang Light Greeterfly salah satu sejarah Agatheá.

Ada sangkut pautnya dengan Lilyana? Jika begini kau harus memiliki rencana lain Drake, Lilyana sudah pintar.

Kemudian drake mengusak pucuk rambut adiknya dengan senyuman hangat. "Syukur kau kembali hidup. Tapi aku ingin bertanya siapa yang telah membuatmu mati?"

Selene menggelengkan kepalanya dengan menatap polos kakaknya, "Aku tidak tahu siapa yang membunuhku, aku hanya mengingat terakhir bersama Cassio bermain kejar-kejaran di istana Griffin."

Bagaimana bisa dia tidak mengingat pembunuhnya di hari yang sama?

"Aku paham sekarang, mungkin yang membunuhmu dan Cassio adalah suruhan raja Griffin karena raja Griffin marah padamu dengan Cassio karena telah mengacak-acak istananya," Perkataan dari Drake seolah membuat otak Selene berpikir ada benarnya, tapi apa mungkin raja Griffin setega itu menyuruh orang untuk membunuhnya dengan Cassio? Tapi perkataan kakaknya ini masuk akal dengan jawabannya. "Kau benar kak tapi..," Jawab Selene terjeda.

AgatheáTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang