19 jeriko vs randy

40 6 3
                                    

                                 happy reading!

Jinan berjalan pelan meninggalkan tempat kotor itu, dia langsung pergi ke UKS seperti yang kavi perintahkan.

Terdengar pintu ruang UKS yang terbuka juga suara Kavi dan segala grasak-grusuknya membuat Jinan jadi degdegan. Langkah kaki Kavi pun terasa makin dekat, saat tirai di depannya disingkap, reflek Jinan langsung menundukkan kepalanya.

"Sakit apa lo?" tanyanya langsung tanpa basa basi.

Jinan hanya menggeleng pelan dengan kepala yang masih tertunduk, Kavi berniat untuk menyentuh dahi Jinan menggunakan punggung tangannya, namun belum sempat tangannya mendarat, Jinan langsung menepisnya.

"Gue-cuma gak enak badan" cicitnya pelan.

Kavi melipat tangannya di depan dada, "Angkat kepala lo, liat muka gue Nan"

Jinan makin bergeming, Kavi langsung menghela nafas melihatnya, "Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya?"

Lagi lagi Jinan hanya terdiam, perlahan dia mengangkat kepalanya pelan, dan tentu saja Kavi langsung menyerbunya dengan banyak pertanyaan. "Kok lo bonyok?! lo berantem sama siapa Nan?" tanyanya dengan suara yang nyaring.

Sampai terdengar suara desisan dari ujung ruangan, sepertinya itu penjaga UKS yang mencoba menegur Kavi, karena takut mengganggu kenyamanan murid lain.

Jinan juga langsung menarik Kavi dan membekap mulut temannya yang rewel itu, "Berisik ya Tuhan! nanti kita diusir gimana?" katanya dengan setengah berbisik.

Kavi melepaskan tangan Jinan yang sedari tadi lekat dibibirnya itu, "Nan.. Lu ngerokok?" tanya Kavi dengan suara yang lebih pelan.

Jinan jadi gelagapan sendiri, "Eh engga kok, ini tadi gue.."

Kavi memicingkan matanya, dia langsung mendekat dan menciumi seragam Jinan, bola matanya sepertinya akan lompat dari tempatnya, "Lo ngerokok?!"

Jinan menempelkan telunjuknya di depan bibirnya sendiri, memang terkadang mulut sahabatnya ini tidak bisa dikontrol.

"Iya Vi iya"

"Apa? Iya apa?!" desaknya.

"Iya gue ngerokok"

Seolah siap untuk meledak lagi Jinan langsung mengingatkan Kavi untuk mengecilkan suaranya. "Gila lu ya?!" ucapnya setengah berbisik.

"Iya gue gila, nanti gue cerita semuanya" kata Jinan mencoba menenangkan Kavi yang kini mukanya sudah merah padam persis kepiting rebus.

"Gak ada nanti nanti ya, sekarang!" kini nada bicara Kavi terdengar lebih serius.

Kavi langsung menutup tirai di depannya, untungnya Jinan berada di bilik paling ujung, maka tak heran jika penjaga UKS menegur mereka sebab dari jarak sejauh itu suara Kavi masih bisa terdengar nyaring dan jelas.

Jinan menggeser duduknya, membiarkan Kavi menempati tempat kosong di sebelahnya, "Tapi lo jangan heboh ya Vi, inget" peringat Jinan.

Tanpa menghiraukan omongan Jinan, Kavi langsung menyerbunya dengan pertanyaan lain.
"Sebenernya lo tadi kemana?"

"Gue arah balik ke kelas Vi, tapi di ujung koridor gue liat geng kakel yang waktu itu lo ceritain ke gue" Kavi tampak berpikir dan mengingat-ingat siapa orang yang Jinan maksud.

"Gue lupa siapa namanya, tapi tadi kalo gak salah mereka nyebut-nyebut nama Devon sama Deka" tambah Jinan.

Mata Kavi membulat lagi, "Lo ngerokok bareng gengnya bang Randy?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

asa ; jinandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang