Semilir angin menerpa wajah tampan milik Gibran, keadaan begitu sunyi hanya ada suara daun tua yang jatuh dari pohonnya. Bintang-bintang seakan memberi cahaya untuk lelaki yang tengah duduk di kursi taman.
Gibran menatap datar kearah depan, pandangannya kini kosong, suasana sangat sunyi. Memikirkan Khansa akan membuat dirinya kembali merasa bimbang, apakah ini adalah keputusan yang tepat untuknya dan Khansa?
"Ekhem!"
Gibran tersentak kaget, kini di sampingnya telah ada seorang gadis yang ia cintai, ya Khansa.
Gibran meminta Khansa untuk bertemu, sesuai dengan perjanjiannya tadi pagi di rumah sakit, bukan?
"Eh, kamu sejak kapan datang Sa?" Tanya Gibran.
"Baru aja kok,"
Gibran mengangguk, "Kamu sudah sembuh Gib? Keadaan kamu bagaimana?" Tanya Khansa.
"Cukup oke," Jawab Gibran mengulas senyumannya.
"Tapi tidak dengan hati." Lanjutnya dalam hati.
"Oh ya, be the way kamu ngapain ngajak ketemuan sama aku?" Tanya lagi Khansa penasaran.
"Memangnya tidak boleh?"
Khansa menggeleng, "Bukan begitu, Gib."
"Aku kangen kamu.." Lirih Gibran menatap wajah cantik milik Khansa.
Khansa meringis mendengar penuturan Gibran, "Aish, kangen mulu ihh!"
"Ya gimana, aku kan orangnya kangenan, apalagi sama cewek cantik kayak kamu, Sa." Jawab Gibran mengerutkan bibirnya.
Khansa terkekeh kecil, "Aaa pacal aku! Khansa juga kangen ama ayang ganteng!"
"Sama dong kita," Ujar Gibran terkekeh.
"Aku punya hadiah buat cewek aku yang cantik nan imut iniii!" Ujar Gibran seraya mengeluarkan sebuah bingkisan kecil.
Kening Khansa mengernyit, "Hadiah? Hadiah apa? Aku masih lama lho ulang tahunnya,"
"Bukan, aku cuma pengen ngasih hadiah aja buat kamu, tapi aku mau kamu buka waktu nggak ada aku, oke?"
"Oke," Jawab Khansa walaupun dirinya tidak paham dengan Gibran.
Gibran memberikan sebuah bingkisan kecil berbentuk kotak, dengan senang hati Khansa menerima kotak tersebut.
"Pinternya cewek Gibran, nurut lagi!" Ujar Gibran dengan senang.
Gibran bangkit dari duduknya, "Tunggu sebentar," Titahnya.
"Kamu mau kemana?"
Gibran tidak menjawab pertanyaan Khansa, dirinya langsung melenggang pergi, hal itu tentu membuat Khansa berdecak kesal.
Cukup 3 menit Khansa menunggu, Gibran akhirnya kembali dengan tangan yang membawa satu tangkai bunga mawar putih nan cantik, Gibran kembali duduk di samping Khansa.
"Kamu habis darimana?" Tanya Khansa.
"Kamu lihat aku bawa apa?"
"Bunga mawar, bukan?" Tebak Khansa.
Gibran mengangguk membenarkan, "Kamu akan lebih cantik jika memakai bunga ini, Sa."
Khansa mengernyit bingung, "Maksud kamu?"
Gibran memajukan kakinya mendekat kearah Khansa, "Mendekat sama aku, Sa."
"K-kenapa?" Tanya Khansa gugup.
"Aku ingin kamu memakai bunga cantik ini," Ucap Gibran, ia langsung memakaikan setangkai bunga mawar putih di khimar milik Khansa.
Cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHANSA'S DESTINY [END]
SpiritualSequel off Love Till Jannah Di follow dulu sebelum baca. Judul sebelumnya: Istiqamah With Husband Bebas, mau baca LTJ dulu gapapa, mau langsung baca ini juga gapapa, mangga🥰 Pastikan sebelum baca sudah follow terlebih dahulu, jangan lupa ramaikan! ...