[09] KHANSA'S DESTINY

2.8K 211 19
                                    

Bell pulang telah berbunyi, Khansa langsung bergegas pergi ke toilet untuk mengganti pakaian olahraga, tidak mungkinkan ia latihan paskibra memakai rok? Sedangkan jika memakai rok sekolah, siapapun pasti akan dihukum oleh guru pembimbing paskibra.

Cklek

"Eh anj*ng, astagfirulloh!!" Teriak Khansa tergelonjak kaget.

Mata Khansa membelak ketika melihat lelaki dihadapannya, tepatnya dihadapan pintu toilet. Baru saja Khansa menyelesaikan ritual ganti bajunya, ketika ia membuka pintu sudah dibuat jantungan.

Plak

Sang empu meringis kesakitan ketika lengannya dipukul dengan keras oleh Khansa, "Aws, sakit sayang.." Ringis Gibran.

Ya, lelaki yang membuat Khansa jantungan adalah Gibran. Kekasihnya sendiri.

"Nggak usah ngagetin Gib! Untung gue nggak punya riwayat penyakit jantung!" Kesal Khansa menatap tajam pada Gibran.

"Heh! Gue-gue, nggak boleh ngomong gitu sama cowok sendiri," Ujar Gibran tak terima.

"Bodo amat, salah sendiri juga!" Setelah mengatakan itu, Khansa langsung melenggang pergi begitu saja.

"Hey! Khansa!!" Teriak Gibran, ia langsung mengejar Khansa yang mulai menjauh.

***

Cuaca siang ini sangat terik, ditambah anak-anak yang sedang latihan paskibra tepatnya ditengah lapangan. Hampir satu jam mereka bertahan di lapangan, tentu saja hal itu membuat mereka resah kepanasan.

"Baik, latihan dihentikan. Silahkan istirahat dalam waktu 20 menit, setelah itu kembali lagi untuk penutupan!" Tutur guru pembimbing pada murid paskibra.

Murid-murid yang mengikuti ekstrakulikuler paskibra pun berdiri tegak dan hormat pada guru pembimbing, "SIAP! LAKSANAKAN!" Kompaknya.

Setelah itu, mereka bubar untuk istirahat. Salah satunya adalah Khansa, ia berlari menuju pohon rindang. Khansa terduduk lesu di sana dengan keringat yang membasahi pelipisnya.

Tangannya merogoh ponsel, ia langsung membuka aplikasi berwarna hijau, ya WhatsApp. Banyak pesan di sana yang belum dibalas oleh Khansa, jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

Pipinya tiba-tiba merasa segar, ia merasakan suhu dingin di pipi sebelah kanannya. Khansa mendongak, perlahan bibirnya mencetak membentuk senyuman kala melihat kekasihnya. Ya, Gibran menempelkan botol aqua dingin di pipi kanan Khansa.

"Minum, haus kan?" Tanya Gibran, ia mulai duduk disebelah Khansa.

Khansa mengangguk, "Iya nih haus banget, makasih ya!" Ujar Khansa, ia langsung menerima botol aqua tersebut.

Khansa mencoba untuk membuka botol aqua, tetapi nihil tutup botol tersebut sangatlah keras. Yang ada telapak tangan Khansa jadi memerah.

"Bukain dong," Titah Khansa pada Gibran.

Kening Gibran mengernyit, "Tumben nggak bisa? Biasanya kamu jago," Ledeknya.

Mendengar itu, Khansa pun berdecak kesal, "Kamu nggak lihat? Aku lemas gini, capek banget tahu! Jadi nggak bisa, kecuali kalau akunya kuat."

Gibran terkekeh, "Bercanda," Ia langsung mengambil alih botol aqua ditangan Khansa, perlahan ia membukanya hingga benar-benar terbuka.

"Nih," Dengan senang hati, Khansa menerima botol tersebut hingga meminumnya sampai setengah botol.

Gibran menatap Khansa yang sedang fokus dengan ritual minumnya, tangan Gibran mulai naik menyingkirkan keringat yang membasahi wajah cantik Khansa.

Merasakan usapan lembut diwajahnya, Khansa pun menghentikan ritual meminumnya, ia menatap kearah Gibran, begitupun sebaliknya, seketika bola mata mereka saling bertemu,"Kenapa? Lanjut aja minumnya habiskan, aku cuma ngapusin keringat kamu." Ujar Gibran.

KHANSA'S DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang