Bi Mumun memeluk Khansa dengan sangat erat, ia menangis dalam dekapan Khansa membuat Khansa menatapnya iba, "Non Sasa jaga diri baik-baik ya?" Ucap bi Mumun melepaskan pelukannya pada Khansa.
Khansa mengangguk, ia mengusap air mata bi Mumun, "Pasti, bimun juga sehat-sehat ya disana. Pasti lain waktu kita akan bertemu kembali," Ujar Khansa tersenyum tipis.
"Maafin Sasa ya bi, jika Sasa suka bandel atau buat bimun kesusahan," Lanjut Khansa.
"Nggak non, nggak apa-apa. Non yakin bakal tinggal disini sendiri?" Tanya bi Mumun.
"Sementara doang kok bi, nanti Khansa bakal pergi ke Cirebon buat nemuin bang Khanza," Ujar Khansa tersenyum sumrigh, dirinya benar-benar sangat merindukan sosok Khanza.
"Tolong do'akan Sasa ya bi, supaya Sasa bisa cepat ketemu sama bang Khanza," Lanjut Khansa.
Bi Mumun mengangguk, "Pasti non, bibi akan selalu mendo'akan yang terbaik buat non Sasa."
Khansa beralih menatap mang Galang yang tengah berdiri dengan tangan yang membawa tas besarnya, "Mangga.."
Mang Galang mendongak menatap Khansa dengan mata yang berair, mang Galang dengan cepat menghampiri Khansa, ia bersujud dihadapan Khansa, "Non, terima kasih sudah menerima mang Galang dengan baik. Maafin mangga yang selalu berbuat salah sama non Sasa atau almarhumah nyonya Rana," Tangis mang Galang pada kaki Khansa.
Khansa menatap mang Galang dengan kaget, dengan cepat Khansa memaksa mang Galang untuk berdiri, "Berdiri mang, ngapain sujud di kaki Sasa sih?! Diri gak?!" Geram Khansa.
Mendengar bentakan dari Khansa, dengan cepat mang Galang pun berdiri dihadapan Khansa, "M-maaf non," Ucapnya seraya menunduk.
Khansa menatap mang Galang dengan mata yang memanas, ia menggelengkan kepalanya, "Jangan brgitu mang, Sasa nggak suka.."
"Non, mang Galang boleh peluk non Sasa?" Izin mang Galang dengan hati-hati.
Khansa mengangguk, ia merentangkan kedua tangannya, "Peluk aja,"
Dengan cepat mang Galang memeluk tubuh Khansa dengan erat, "Jujur mang Galang gak bisa ninggalin non Sasa sendiri, berat banget non rasanya." Lirih mang Galang dalam dekapan Khansa.
"Harus bisa ya mang, nanti juga pasti terbiasa kok tanpa Sasa." Ucap Khansa.
Mang Galang melepaskan pelukannya pada Khansa, "Maafin Sasa jika selama ini Sasa ada salah sama mang Galang," Ucap Khansa.
Mang Galang mengangguk, "Sudah mang Galang maafin,"
Khansa mengeluarkan dompet kertas berwarna cokelat dua buah, "Terima ya? Ini upah terakhir buat mang Galang sama bi Mumun,"
Baik bi Mumun dan mang Galang membulatkan matanya, "Non, tidak usah," Tolak mang Galang.
"Kenapa? Kalian belum gajian kan bulan ini? Ambil saja,"
"Uang itu buat non Sasa aja," Ujar bi Mumun.
"No, Khansa masih ada kok. Ambil buat ongkos pulang," Dengan cepat Khansa menaruh uang tetsebut ditangan bi Mumun dan mang Galang.
"Non tapi-"
"Terima aja," Potong Khansa.
"Non Sasa, kalau begitu kita pamit ya? Non Sasa jaga diri baik-baik, jaga kesehatan," Ujar bi Mumun.
Khansa mengangguk, ia memegang lengan bi Mumun lalu menciumnya dengan tulus. Setelah itu Khansa beralih pada mang Galang, Khansa mencium lengan mang Galang.
"Non?" Kaget mang Galang.
"Mau bagaimana pun kalian lebih tua dari Sasa,"
"Bimun sama mangga hati-hati ya? Semoga sampai kampung halaman dengan selamat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KHANSA'S DESTINY [END]
SpiritualSequel off Love Till Jannah Di follow dulu sebelum baca. Judul sebelumnya: Istiqamah With Husband Bebas, mau baca LTJ dulu gapapa, mau langsung baca ini juga gapapa, mangga🥰 Pastikan sebelum baca sudah follow terlebih dahulu, jangan lupa ramaikan! ...