[39] KHANSA'S DESTINY

2.2K 276 338
                                    

Gais kayaknya aku mau ganti judul deh, ini alurnya kebanyakan luka dan sakitnya Khansa.

Kalian ada saran gak buat judulnya?

Yg bagus dan tdk psaran klo bisa🙏

Di harapkan komen yaaa

300 komen berani ndak gaiss wkwk

Happy Reading!❤

***

Cklek

Khansa membuka pintu asramanya membuat kedua orang yang berada di dalam sana mendongak menatapnya, "Khansa?"

Khansa tersenyum tipis, ia duduk di kasurnya, kedua temannya langsung menghampirinya dengan khawatir, "Are you ok?" Tanya Sella pada Khansa.

Khansa mengangguk, "I'm ok, aku haus,"

"Sebentar ya," Kiran dengan sigap langsung mengambil gelas yang berisi air mineral, "Minum Sa," Ujarnya seraya menyodorkan gelas.

Khansa menerimanya lalu ia meminumnya hingga tandas, "Terima kasih," Kiran mengangguk.

"Khansa, lo nggak mau cerita sama kita?" Tanya Sella, "Cerita apa, Sel? Aku nggak apa-apa kok," Khansa tersenyum tipis.

"Kita tahu Sa, soal kamu sama si Batha. Kasus kamu udah tersebar ke semua penjuru pesantren,"

Khansa menghela nafas pelan, "Percuma aku jelasin, kalian juga pasti nggak bakal percaya sama aku."

"Sejak kapan Sa? Kita selalu ada di pihak kamu, Khansa. Kita tahu kamu nggak salah, kita tahu kamu ngga kayak gitu, kita percaya sama kamu, Sa." Kiran mulai membuka suaranya membuat Khansa mendongak menatap kedua temannya, mata Khansa mulai berair jika ia kedip sekali pun air matanya akan jatuh.

"Aku capek Ran, Sel," Lirih Khansa, suaranya hampir tak terdengar, Air matanya mulai jatuh begitu saja membasahi pipi mulusnya. Hal itu membuat hati Kiran dan Sella berdenyut nyeri, seumur hidup tinggal se asrama bersama Khansa, ini adalah pertama kali mereka melihat Khansa menangis dan putus asa.

"Khansa, bumi itu berputar Sa. Kamu sekarang lagi di bawah Sa, Allah lagi menguji diri kamu. Percaya Sa, ada saatnya kamu berada di atas." Tutur Sella menatap Khansa dengan sendu.

"Hug me?" Khansa mengangguk, dengan cepat Sella dan Kiran langsung memeluk tubuh rapuh milik Khansa.

"Allah maha adil, percaya sama Allah," Bisik Kiran pada telinga Khansa.

Mereka mulai mengendorkan pelukannya, "Sa, kamu nggak apa-apa kan?" Kiran mulai menatap Khansa dengan raut wajah khawatir.

Khansa menepiskan air matanya, "Emang aku kenapa?"

"Badan kamu panas," Ucap Kiran, tangannya mulai menaik dan menempelkan telapak tangannya pada kening Khansa, "Ya Allah, panas Khansa. Kamu sakit?"

"Aku nggak apa-apa Ran, cuma pusing sedikit,"

Sella menggenggam lengan Khansa, "Panas banget, minum obat ya?" Khansa menggeleng, "Aku mau tidur aja, nanti juga hilang sakitnya," Khansa mulai menaikkan kakinya pada kasur, ia mulai merebahkan tubuhnya di sana.

"Aku mau tidur dulu ya?" Baik Kiran dan Sella pun mengangguk, "Iya Sa, tidur aja. Istirahat yang cukup," Khansa mulai memejamkan kedua matanya saat itu juga.

Di lain tempat, tepatnya di ndalem, Khanza terus membujuk kakek Usman agar tidak merajam Khansa, membayangkan betapa tersiksanya Khansa saja membuat dirinya sakit.

KHANSA'S DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang