[46] KHANSA'S DESTINY

2.5K 363 1.1K
                                    

Heyyo sorry baru update!😭

Oh ya sebelum baca, aku ada beberapa pertanyaan buat kalian readers setia akuu

Jawab ya gais supaya komennya ga "Next" melulu mweheheh><

KALIAN TAU CERITA INI DARI MANA?

KALIAN ASAL DARI KOTA-PROVINSI MANA?

KALIAN SUDAH BACA CERITA LOVE TILL JANNAH BELUM?

KALIAN UDAH FOLLOW AKUN WP AKU BELUM?

UDAH FOLLOW AKUN INSTAGRAM AKU BELUM? FOLLOW YAAAA @coretanzahraa

KALIAN TIM HAPPY ENDING ATAU SAD ENDING NIH???

KALAU AKU BUAT SAD ENDING APAKAH KALIAN AKAN TERIMA ?

UDAH DEH SEGITU AJA HEHEHE, HAPPY READING ALL!!💐❤

***

"A--althar, lo serius?" Althar membuka kedua matanya menatap Khansa yang masih dengan posisi yang sama, "Lihat mata saya, apakah saya terlihat bercanda, Khansa?"

Khansa meneguk salivanya, "Al, maaf---"

Deg!

Perlahan buket bunga yang Althar genggam merosot kebawah, Althar menatap Khansa sedikit kecewa, "Kamu menolak saya, Sa? Tipe suami kamu seperti apa Khansa supaya saya bisa memantaskan diri," Althar berucap menahan rasa sesaknya.

Khansa menundukkan kepalanya, "Gue nolak lo karena gue nggak pantas sama lo, Al. Lo pantas dapetin perempuan yang jauh lebih baik dari gue di luar sana. Gue--" Khansa menjeda ucapannya sebentar, "Gue banyak kurangnya, gue ngerasa nggak pantas bersanding dengan lo, Al. Lo itu sempurna, dan lo harus memiliki istri yang sempurna juga agamanya," Khansa tersenyum tipis berusaha menjelaskan agar Althar tidak salah paham.

"Jadi itu alasan kamu menolak saya, Khansa?" Khansa mengangguk kemudian Althar mulai berucap, "Khansa dengar saya, tidak ada di dunia ini yang sempurna Sa. Semua manusia pasti memiliki kekurangannya tersendiri, terutama dengan saya. Saya tidak meminta istri yang shalehah, saya hanya meminta istri yang saya cintai saat ini, itu kamu Sa. Dan tentang masalah ilmu, saya tidak mempermasalahkan jika ilmu kamu masih di bawah, saya bisa kok mengajarkan kamu, saya bisa menjadi suami dan guru untuk kamu, Khansa. Saya juga fakir ilmu, kita sama-sama belajar, insha Allah ilmu yang saya punya akan saya beri pada kamu nanti." Tutur Althar menatap intens bola mata Khansa.

Khansa menggelengkan kepalanya dengan lirih, "Gue gak bisa Althar, gue nggak mau buat lo dan keluarga lo malu."

Kening Althar mengernyit bingung, "Malu?" Khansa mengangguk ia berucap, "Iya, memangnya lo nggak malu punya istri kayak gue yang nggak punya keluarga, bahkan orang tua aja gue nggak punya, Al. Gue di sini sendiri nggak ada keluarga, dan gue nggak mau lo di cap jelek hanya karena latar keluarga gue. Jujur, keluarga lo terlalu sempurna, lengkap, harmonis, nggak kayak gue!" Tekan Khansa dengan nafas yang memburu, menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Althar.

"Khansa, jaga ucapanmu. Kamu masih memiliki keluarga besar kan?" Khansa menggeleng, "Gue bilang gue nggak punya keluarga, Althar." Tekan Khansa.

"Sebenci itu kamu dengan keluarga besarmu?" Khansa tersentak, "Lo nggak usah so tahu,"

"Saya mengerti Khansa, saya mengerti. Saya tidak mempermasalahkan latar keluarga kamu, dan untuk orang tua-- kamu bisa menganggap mama dan papaku sebagai orang tuamu, Sa."

Khansa bangkit dari duduknya, "Gue mau pulang," Ujar Khansa dengan tatapan lurus kedepan.

Althar tersentak kaget, "Khansa?"

"Gue mau pulang, Althar!"

"Kamu mengalihkan obrolan kita, artinya kamu menolak untuk saya nikahi?" Tanya Althar memandangi punggung Khansa yang tampak rapuh.

"Kalau lo nggak mau antar gue pulang, gue bisa pulang sendiri," Khansa mulai melangkah menjauhi Althar, "Saya antar." Tekan Althar membuat langkah Khansa terhenti.

Althar bangkit dari duduknya, ia menatap sendu buket bunga yang ia genggam, Althar tersenyum miris. Perlahan buket bunga mawar merah cantik yang telah di beli ia lempar pada tempat sampah di sampingnya.

***

Di mobil sangat hening, tidak ada pembicaraan di antaranya keduanya. Khansa dan Althar sama-sama diam, Khansa yang fokus memandangi jendela mobil dan menikmati semilir angin dan Althar yang fokus menyetir mobil. Keduanya di buat fokus oleh ritualnya masing-masing, tetapi tidak dengan otaknya, otaknya tampak terus berfikir tentang kejadian beberapa menit yang lalu.

Setelah 20 menit dalam perjalanan, mobil hitam milik Althar mulai terparkir di rumah minimalis milik Khansa.

"Terima kasih Althar," Khansa berucap tanpa menoleh pada lawan bicaranya, Althar berdehem sebentar ia menyimpan kunci pada lengan Khansa, "Kunci cadangan,"

Khansa tersentak, "Buat?"

"Kunci rumah kamu, saya tahu kamu tidak membawa kunci kan?" Khansa menunduk, kunci rumah milik Rana ia taruh di koper dan tidak ia bawa. Kenapa lelaki di sampingnya ini sangat peka dan teliti tentang dirinya?

"Sekali lagi, terima kasih. Maaf atas semuanya," Tak mau mendengar jawaban dari Althar, Khansa langsung membuka pintu mobil tersebut, ia langsung bergegas keluar dan langsung memasuki halaman rumahnya.

Althar memandangi nanar punggung Khansa yang mulai menjauh, setelah Khansa di rasa benar-benar memasuki halaman rumahnya kemudian Althar mulai mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dan menggertakkan giginya dengan keras menahan amarah, "ARGHHH!!"

"Kenapa kamu nolak saya, Sa?!! Saya tahu saya bukan tipe lelaki yang kamu inginkan, tapi saya bisa merubah diri saya yang kamu mau!!" Teriak Althar dengan tangannya yang mengacak-acak rambutnya frutasi.

"Saya sudah berusaha untuk melakukan semuanya demi kamu, saya sudah mati-matian melawan ego saya demi menyatakan perasaan saya, Khansa."

"Saya menyukai kamu, saya mencintai kamu, saya jatuh cinta padamu, saya memendam rasa ini sendirian, Sa. Saya berharap kamu akan membalas perasaan ini, ternyata ekspetasi saya terlalu tinggi.." Althar tersenyum getir, ia menjatuhkan kepalanya pada stir mobil.

"Apakah ini balasan darimu ya rab? Apakah ini kifarah untukku ya rab? Karena aku terlalu mencintai hambamu?" Lirih Althar.

Tubuh Khansa merosot ke bawah, ia bersender pada dinding gerbang rumahnya. Khansa menatap langit menahan air mata yang akan jatuh, sesak rasanya ia mendengar semua ucapan Althar.

Khansa mendengar semua ucapan Althar tadi, "M--maaf, Al." Khansa tersenyum miris, "Aku yakin, kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada diri aku ini." Khansa meremas gamisnya menahan rasa sesak, ia tidak boleh menangis apalagi menangisi seorang lelaki.

Suara mobil telah menjauh, artinya mobil Althar telah pergi meninggalkan halaman rumahnya. Saat itu juga Khansa mulai terisak, ia gagal untuk tidak menangis, dan akhirnya ia menangis.

"Aku-- juga mencintai kamu, Althar." Gumam Khansa, "Tapi aku tidak mau kamu memiliki seorang istri sepertiku, aku bukan anak baik-baik, aku nggak punya keluarga, aku nggak punya orang tua, dan aku juga kekurangan uang, aku tidak punya apa-apa.." Khansa terduduk lemas di bawah tanah dengan pandangan yang lurus dan air mata yang terus terjun membasahi pipi mulusnya.

Tik tik tik

Awan mulai berganti warna menjadi abu-abu, perlahan awan mulai membawa air dan menjatuhkannya ke bumi. Hujan mulai turun membasahi bumi dan makhluk lainnya.

Khansa masih dengan posisi yang sama enggan untuk masuk ke dalam rumahnya, air matanya mulai tercampuri oleh air hujan.

Hujan datang seakan mengerti dengan keadaan Khansa, hujan datang untuk memeluk Khansa dalam kesendiriannya, hujan datang untuk menutupi air mata Khansa, dan langit gelap seakan mengerti dengan keadaan hati Khansa saat ini.

***
TBC.

Vote 180
Komen 1k

Kuningan, 3 mei 2023.

KHANSA'S DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang