Meregangkan otot-otot tubuhnya, ia menatap jam dinding. Pukul delapan malam. Mengalihkan pandangan pada jendela kaca samping kursi, ia melihat jelas tetesan air hujan yang ternyata belum berhenti mengguyur kota Surabaya.
Pintu di ketuk dari luar.
"Masuk"
GITA SEKAR ATMADJA
Begitulah tulisan papan nama yang ada di atas meja.
"Sudah waktunya jam pulang bu" sekretaris Gita mengingatkan. Freya Jayawardana.
Ia mendongak sekilas lalu fokus ke laptop. "Kalian duluan saja, saya masih ada kerjaan"
Helaan nafas Freya terdengar samar di telinga Gita. Andai perempuan dua puluh lima tahun di hadapannya ini bukanlah atasannya, Freya dengan senang hati menjual laptop abu-abu itu.
Tetapi Freya sadar posisinya hanya seorang sekretaris.
"Baiklah bu"
Freya lantas pergi tanpa menunggu angukkan ataupun jawaban 'iya' dari Gita.
"Kak Freya, gimana? Bu bos mau pulang?"
Gelengan kepala Freya menjawab pertanyaan Azizi.
"Resiko punya bos workaholic" gumam Azizi lesu.
"Kita tunggu di pantry sambil ngopi, kalo sampai jam sepuluh bu bos Gita masih betah baru kita pulang" saran Freya berjalan menuju ruang bagian belakang.
Mereka duduk berseberangan menyesap kopi masing-masing. Muka-muka lelah terpancar di wajah keduanya, seharian bekerja, belum lagi mengurus proyek peluncuran produk makanan baru cukup menguras tenaga mereka hari ini.
"Kak, udah nonton bussines proposal?"
"Mana sempat Zi, lo tau sendiri bu bos sering keluar kota, banyak meeting, dan gue wajib ikut" jawab Freya memijit tekuknya yang terasa pegal.
"Apa gue resign aja ya Zi?" tanya Freya serius. "Tapi ... gue telanjur sayang sama nih perusahaan, walaupun bu bos kadang suka ngeselin"
"Jangan dong kak. Kalo lo mengundurkan diri, siapa yang tahan sama dinginnya bu bos? Gak ada kak. Cuma lo satu-satunya yang betah kak"
"Loh? Belum pulang kalian?"
Freya dan Azizi kompak menoleh ke sumber suara.
"Nunggu bu bos bentar kak" ujar Freya menyandar kursi.
"Sini kak, ikutan ngopi" ajak Azizi.
Sisca manajer pemasaran bergabung. Azizi beranjak dari tempat duduk, membuat secangkir teh untuk seniornya itu.
Melirik Freya yang terpejam, Sisca membuka suara.
"Mending lo berdua pulang deh, kelihatan capek banget tuh muka, biar bu bos gue yang tunggu" kata Sisca ketika Azizi meletakkan cangkir teh di atas meja.
Bagai angin segar, Freya membuka mata.
"Seriusan kak?"
"Iya, serius. Udah sana balik" titah Sisca.
Freya berdiri lalu mencangklongkan tas tangan di bahu kiri. "Ayo Zi, buruan"
"Wait for minute kak" Azizi segera mengambil tas dan jaketnya.
"Kalau gitu kita duluan kak" pamit Azizi.
Sisca mengangguk, "Hati-hati kalian"
Di ruang dingin ber-AC, Gita betah dengan setumpuk kertas serta dokumen yang di berikan Freya siang tadi. Mewarisi sifat workaholic sang papa membuat Gita selalu memikirkan soal kerja, kerja, dan kerja hingga melupakan waktu istirahat atau makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surabaya
FanfictionSurabaya Ibu kota Jawa Timur yang mempertemukan Gita Sekar Atmadja pada seseorang dari sekian banyaknya penduduk Surabaya. Barista cantik di sebuah cafe. Cornelia Vanisa Megantara. Prinsip yang semula pekerjaan nomor satu, seketika berubah setelah p...