BAB 12

629 67 2
                                    

Hyarta Residence, Sleman, Yogyakarta

"KAK JINANNN"

Jinan lantas berlari kencang, memberi jarak agar sang adik tak bisa mengejarnya. Tanpa merasa bersalah dia terkekeh, bersorak senang dalam hati setelah berhasil membongkar mainan lego yang Gita rakit semalaman suntuk.

Di ruang keluarga, punggung Gracio menyandar sofa. Membaca koran harian ditemani segelas kopi hitam buatan Shani.

"MAMA KAK JINAN MAAA"

Ketenangan juga kedamaian yang biasa Gracio rasakan, kini berbeda. Semenjak kedua anaknya pulang ke rumah, teriakan ribut selalu terdengar di kediaman Gracio. Tentu saja semua karena ulah usil Jinan yang hobi mengganggu adiknya.

"RAKIT ULANG GAK!!"

"Enggak mau, wleee" ledek Jinan.

"Papa, kak Jinan Paaa" rengek Gita.

Gracio cuek. Dia melanjutkan kembali kegiatan membaca koran. Alangkah baiknya Shani yang melerai bukan dirinya. Karena Shani adalah pawang dari dua anaknya.

Cklek

"Sayang tolong aku"

Jinan bersembunyi di balik tubuh mungil Cindy. Di sebelahnya, Shani menggeleng sementara satu orang lagi mulai terbiasa akan tingkah laku kakak beradik itu.

"Mama, kak Jinan jahat. Lego adek dirusak" adu Gita memeluk samping Shani.

Menunjuk Jinan, Gita berujar. "Jewer kuping kak Jinan ma"

"Cindy tolong bawa belanjaan ke dapur ya sekalian ajak Cornelia. Mama urus dua bocil ini dulu" ujar Shani menggandeng dua anaknya ke ruang keluarga.

Di dapur, Cornelia membantu memotong sayuran selagi Cindy menata belanjaan Shani. Keduanya terlibat obrolan ringan.

"Mereka tuh kayak gitu. Jauh khawatir, giliran dekat berantem" Cindy menyusun kotak susu di lemari pendingin. "Untung mama orangnya penyabar"

Lembutnya suara Shani yang menasihati Jinan dan Gita terdengar sampai ke dapur. Membuktikan perkataan Cindy memang benar adanya.

***

"Eve, kamu nonton apa?"

Gita menempati kursi kosong sisi kiri keponakannya.

"Upin Ipin tante" jawab Eve menggeser benda pintar itu ke tengah, supaya Gita bisa ikut menonton. "Kak Muthe bilang ini bagus buat Eve"

"Lebih bagus Marvel tahu Eve"

"Apa tante? Mavel?"

"Marvel Eve, Marvel" koreksi Gita.

"Iya tante. Mavel" kekeuh Eve.

"Bukan Eve. Tapi Marvel. M-A-R-V-E-L"

Eve memegangi kepalanya. "Gak tahu ah, Eve pusing"

"Loh Eve? Kepala kamu kenapa sayang?" panik Cindy buru-buru meletakkan mangkuk sayur sop ke meja makan.

"Tante Gita bikin Eve pusing ma"

"Saya lagi yang kena" lirih Gita.

Jinan tahu-tahu nongol sambil menggendong Zoey. Kucing kesayangan Shani. Eve memajukan bibirnya. Dengan tampang kesal, Eve berucap.

"Zoey turun!! Kamu gak boleh dekat-dekat!!"

"Sini kak, biar Zoey sama aku" ucap Gita mengambil alih Zoey dari gendongan Jinan. "Aku ke depan ya kak. Kalo udah waktunya sarapan, panggil aja"

Memandang berbagai macam jenis bunga hias yang Shani tanam di taman pribadi, Gita penuh kasih sayang mengelus bulu hitam-putih Zoey. Diperlakukan seperti itu, Zoey mendengkur lalu membuat suara unik sambil mengibaskan ekornya pelan.

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang