BAB 05

1K 91 2
                                    

Kembali ke rutinitas semula, Gita dihadapkan pada setumpuk dokumen. Ia menghela nafas panjang sambil bergumam, baru di tinggal tiga hari, sudah sebanyak ini.

Baguslah. Kerinduan akan dirinya yang workaholic terwujud.

Ketukan berulang Gita abaikan. Ia seakan tak mendegar apapun selain suara ketikan laptop serta goresan antara bolpoin dengan kertas. Lelah berdiri, Freya terpaksa membuka ruang kerja Gita tanpa izin. Masa bodoh dimarahi.

"Selamat makan siang bu" Freya meletakkan kotak bekal buatan Cornelia di atas meja. Gita tetap fokus pada layar laptop.

"Hm"

Freya membatin.  "Kambuh lagi"

***

Pertama kalinya dia memasuki Atmadja Food Company. Bangunan ini adalah cabang ketiga dari perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Atmadja. 

Ditemani sekretaris tersabar, orang-orang terus memperhatikannya. Merasa asing.

"Aku pulang aja deh Fre"

"Jangan dong"

Menangkap keraguan, Freya kembali berucap.

"Anggap perusahaan sendiri, ok"

Dia menggeleng. "Enggak bisa Fre"

"Loh, Cornelia? Kamu ngapain?" bingung Gita memegang gelas kaca berisi air putih dari pantry.

"Memastikan kak Gita gak bandel"

Bukan Cornelia melainkan Freya.

Definisi siapa yang ditanya, siapa yang menjawab.

"Freya Jayawardana, sopan kamu panggil saya gitu? Perlu saya ingatkan SOP kantor?" si dikit-dikit SOP.

"Iya bu, maaf"

Gita mengangguk, kemudian memberi kode pada Freya lewat lirikan mata. Untung Freya peka.

"Saya lanjut kerja ya bos"

"Hm"

"Ayo Niel ke ruangan saya" ajak Gita setelahnya.

Cornelia menahan pergelangan tangan Gita. "Aku gak enak sama karyawan kakak secara aku bukan bagian perusahaan ini"

"Mereka udah biasa. Teman-teman saya juga sering kesini, jadi kamu santai aja. Toh, ini perusahaan saya" jelas Gita mendahului Cornelia yang mengekorinya.

Cklek

Aroma mint menguar begitu ruang kerja Gita terbuka. Mengusung tema cokelat-putih memberi kesan mewah pada ruangan luas tersebut. Sepasang jendela kaca persegi panjang di samping kanan kursi kerja. Penambahan sofa putih serta meja cokelat kecil depan meja kerja melengkapi ruangan pribadi Gita itu.

"Kak Gita belum makan?"

Gita mengikuti arah mata Cornelia. Kotak bekal di sebelah laptop dan tumpukan dokumen yang belum Gita sentuh sama sekali.

"... Hehehe"

Cornelia berubah mendung.

"Saya banyak kerjaan Niel"

"Kak, sesibuk apa pun jangan sampai gak makan. Kerjaan memang penting, tapi kesehatan kakak jauh lebih utama"

Gita menunduk sambil mengangguk kecil layaknya bocah yang tengah dimarahi orang tuanya.

"Sekarang ayo makan, aku temenin"

***

Pukul tiga sore Cornelia masih tertahan di ruang kerja Gita. Dari kursinya, Gita menyungingkan senyum melihat Cornelia tertidur lelap di sofa. Mengatur suhu AC, Gita mengambil blazer navy-nya yang ia sampirkan di kursi lantas ia bentangkan.

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang