BAB 03

1.1K 109 3
                                    

Hari-hari monoton Gita sedikit demi sedikit berubah, bahkan julukan workaholic tidak lagi tersemat di nama Gita. Semua berkat Cornelia Vanisa Megantara.

Perubahan ini juga yang membuat seluruh karyawan Atmadja Food Company heran, termasuk Freya.

"Pagi bos" sapa Freya.

"Hmmm pagi"  Gita mengangguk-angguk.

Freya menunjuk paper cup di tangan kanan Gita. 

"Caramel lattle bos?"

"Bukan. Cappucino"

"Udah bosan caramel latte bos?"

"Enggak. Saya cuma keseringan dicekoki teman, makannya sekarang sering minum cappucino ketimbang caramel latte" jelas Gita sambil sesekali menyesap kopinya.

Freya tersenyum senang. Untuk pertama kali seorang kulkas mau mengobrol banyak dengannya selain seputar pekerjaan. Memang definisi bahagia itu sederhana. Bangga dikit bolehlah ya.

***

Jam makan siang

Azizi berlarian menenteng tote bag biru di tangan kanan. Senyum cerah terpancar di wajahnya ketika dia berhasil menemukan Gita setelah hampir dua puluh menit mencari keberadaan bosnya itu.

Dengan ngos-ngosan, Azizi berucap.

"Bu bos ada titipan"

Gita menerima tote bag tersebut.  "Terima kasih"

"Sama-sama bos"

"Wah wah dari siapa tuh bu?" goda Freya

"Bukan urusan kamu" kata Gita melengos pergi.

Membuka kotak bekal berwarna putih, nasi kepal beserta sosis goreng menggugah selera makan Gita. Sebelum menyantap, Gita terlebih dahulu memfotonya untuk dia kirim ke si pembuat makanan sebagai laporan sekaligus mengucapkan terima kasih.

 Sebelum menyantap, Gita terlebih dahulu memfotonya untuk dia kirim ke si pembuat makanan sebagai laporan sekaligus mengucapkan terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu contoh perubahan Gita selain berhenti gila kerja dan penyuka cappucino yaitu rajin makan. Dulunya Gita sehari cuma makan sekali, giliran sekarang bisa tiga sampai empat kali, tergantung baru bareng Cornelia atau enggak.

Memang sebesar itu pengaruh Cornelia di hidup Gita.

***

Bersandar di pintu pengemudi, Gita memainkan ponsel, membalas pesan masuk dari grup keluarga juga beberapa chat  yang dirasa penting.

"Kak Gita!"

Dengan ragu Gita melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyuman manis yang kata orang merupakan hal langka.

"Masih lama?"

Cornelia mengangguk kecil. "Kalau kak Gita keburu lapar, duluan aja gak papa, aku bisa sama-"

"Saya termasuk orang yang menepati janji, jadi kamu tetap makan bareng saya" Gita menarik lengan kiri bajunya, melihat arloji. "Tinggal tiga puluh menit, gak masalah buat saya"

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang