BAB 14

592 62 1
                                    

Rencana kumpul yang semula di rumah Flora kini berpindah di kediaman Gita. Mereka bertiga sebenarnya menolak karena tak enak dengan Gita, tetapi si pemilik rumah bilang tak masalah jika mau kumpul. Dia juga bosan sendirian.

Dua orang dari mereka berempat sibuk berkutat di dapur. Memasak sesuatu untuk makan malam sembari menunggu Olla.

Cornelia mengikat asal rambutnya lalu melinting lengan bajunya sampai siku. Meski terlihat berantakan tapi damage-nya terlalu bahaya bagi jantung Gita yang lemah gemulai.

“Kak Gita ada gula gak?”

“Di lemari cabinet”

Gita sama sekali tak melihat Cornelia. Ia memilih menscroll email yang setengahnya sudah ia baca. Namun sayang, Cornelia menyalah artikan sikap Gita itu. Mengira jika Gita sedang marah padanya.

“Kak Gita”

“Hm”

“Kakak marah?”

“Enggak” tak bisa berlama-lama dalam situasi seperti ini, Gita segera membereskan kertas dan menutup laptop. “Saya ke atas. Have fun”

Cornelia membiarkan Gita. Yang ia lakukan hanya memandangi punggung Gita sampai orang itu menghilang dari pandangannya.

“Kak Gita kemana niel? Gak ikut makan?”

“Lantai atas, baru banyak kerjaan kayaknya” Cornelia membantu Lulu membawa hasil masakannya dan Flora ke ruang makan. “Gue rasa kak Gita marah deh”

“Siapa yang marah?”

“Olla? Ngagetin gue aja. Gue kira kak Gita tadi” ucap Cornelia bernafas lega sedangkan Olla cekikikan.

“Lagian kenapa kita kumpul di sini sih? Biasanya juga tempat Flora atau gak si Lulu” heran Olla meletakkan dua kantung plastik ke atas meja. “Gue gak enak anjir”

“Tolong bahasanya, kita di rumah orang”

“Iya deh sorry niel”

Olla celingak-celinguk. “Btw, kak Gita gak ada?”

“Di lantai dua” sahut Cornelia menyiapkan makan malam Gita.

“Berasa berkunjung ke rumah lo niel” Cornelia yang paham maksud Olla menatap datar seolah mengatakan ‘jangan ngomong aneh-aneh'.

“Mau kemana?” tanya Lulu mendudukkan diri di sebelah Olla.

“Nganter makanan buat kak Gita”

“Ajak gabung lah Niel, kan kak Gita yang punya rumah” ucap Flora membawa sepiring bakwan jagung. “Masak iya kita makan di sini sementara kak Gita makan di kamar”

“Bener tuh niel” timpal Lulu sependapat dengan Flora.

***

Tok tok tok

“Masuk”

Ritme detak jantung yang tak terkontrol menemani tiap langkahnya yang mendekati Gita. Tanpa aba-aba Cornelia masuk ke pelukan gadis itu dari depan.

“Niel”

Tangan Gita tetap lurus ke depan mengarah rak buku.

“Sebentar aja kak”

Tersenyum tipis, Gita mengusap lembut punggung Cornelia. Tindakan kecil yang mampu menghadirkan kenyamanan di tengah-tengah lelah pikiran.

“Teman-teman kamu udah pulang?”

“Belum. Mereka nunggu kakak”

“Nunggu saya? Buat?”

“Makan bareng”

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang