BAB 10

722 69 1
                                    

Tiga hari berlalu

Gita mengantar Jinan ke bandara. Kakaknya itu akan pulang ke Jakarta, setelah semua urusannya di Surabaya selesai. Sebelah menyeret koper Jinan, sedang tangan kanan Gita yang menganggur menggandeng Cornelia.

Jinan jalan paling depan, ia teringat perkataan Raisha. Ada satu orang lagi kak. Dia gak mau sebut nama, tapi dia tahu banyak tentang Atmadja. Kalimat itu terus mengganggunya bahkan ia sampai tak tidur semalaman.

"Jaga diri baik-baik dek"

Gita mengangguk. "Kak Jinan juga. Titip salam buat kak Cindy"

"Iya, nanti kakak sampaikan"

"Cornelia, titip Gita ya" tambah Jinan.

"Aku udah gede kak, gak perlu di titipin segala" protes Gita.

"Selagi kamu belum punya pasangan, kakak anggap kamu masih bocil. Jadi kamu harus nurut sama kakak Cornelia, gak boleh bandel ya adek kecil" Jinan menggusak rambut sepinggang Gita.

"Kak Jinannn!" kesal Gita menyingkirkan tangan sang kakak.

Menggunakan jurus seribu langkah, Jinan buru-buru kabur. Cornelia yang menyaksikan hanya geleng-geleng kepala. Definisi hubungan kakak-beradik pada umumnya.

"Kakak mau ke Atmadja sekarang?"

Gita berbalik. Agak malu sama tingkahnya barusan.

"Anter kamu dulu" jawab Gita sok sibuk merapikan blazer.

"Udah rapi kak. Cantik"

Di puji begitu, Gita pura-pura batuk.

"Tenggorokan saya mendadak kering, cari minum yuk"

Cornelia menahan senyum. Dia tahu Gita tengah salah tingkah. Meski tak di tunjukkan, kedua pipinya yang merona jadi bukti.

***

"Kamu salah potong" koreksi Gita sambil mengambil pisau baru.

"Harusnya di potong jadi bentuk segitiga kecil kayak gini" lanjutnya membantu Indira. Manajer usaha bagian produksi.

"Nih, kamu lanjutin"

Gita berkeliling, memastikan semua sudah sesuai dan tidak ada bahan yang kurang. Semenjak kejadian kemarin, Gita memutuskan untuk turun tangan dalam pembuatan produk makanan baru dari Atmadja.

"Freya, kamu ngapain?"

"Ini bu, saya bantu motong bahan"

"Kamu pikir saya gak merhatiin kamu?"

Freya mengusap tengkuk. "Hehehe, modus dikit bu"

"Kamu delivery makanan buat semua, kalau bisa cari yang satu tempat. Satu lagi, sekalian kamu tanya siapa yang mau kopi, biar jadi satu sama saya"

"Kurir mana bawa EDC bu" protes Freya menerima gold card Gita.

*EDC: Electronic Data Capture (alat penerima pembayaran kartu debit)

Gita mengeluarkan lima lembar uang seratus. "Nih. Kalo kurang, bilang aja. Saya di ruangan"

"Siap bu bos!"

Sebuah kemajuan bagi seorang Gita yang biasanya cuek.

***

Putri sulung Gracio melamun di atas kasur. Memikirkan perkataan Raisha. Mencoba menebak-nebak siapa orang tersebut.

"Nan"

Tepukan lembut mengenai paha Jinan.

"Kenapa? Gita baik-baik aja kan?"

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang