BAB 13

617 63 4
                                    

Reva Fidela Adhijaya yang akrab disapa Reva. Pacar dari Cornelia. Bekerja di luar kota memaksa mereka menjalani hubungan jarak jauh atau LDR.

Celengan rindu selama tiga tahun tak bertemu akhirnya mereka pecahkan di alun-alun kota seraya menikmati langit jingga bersama angin sore.

"Mana handphone kamu?"

"Aku pikir kamu udah berubah" ucap Cornelia tak habis pikir akan sifat posesif Reva yang masih saja sama.

"Pasti ada sesuatu kan di handphone kamu? Atau jangan-jangan kamu selingkuh dari aku?" tuduh Reva.

"Harusnya aku yang mikir gitu, akhir-akhir ini kamu mulai susah di hubungi, kamu kemana aja?!"

"Aku kerja!" nada bicara Reva meninggi.

"Begitu juga aku Rev"

Drrtt

Reva mengambil paksa ponsel Cornelia dari tangannya. Melihat nama si penelepon emosi Reva tersulut. Dia benci miliknya diganggu.

"Kak Gita? Siapa dia? Selingkuhan kamu?"

"Teman aku"

Paranoid Reva mendorongnya untuk mencengkeram pergelangan Cornelia. Ia berusaha memberontak, namun Reva makin mempererat cengkeramannya.

"Akhhh sakit Rev" ringis Cornelia tak digubris Reva.

"Diam atau aku lapor mama?" ancam Reva membekap mulut Cornelia persis seperti seorang penculik.

"Sialan!" umpat Reva saat Cornelia dengan sengaja menginjak kaki kanannya hingga bekapannya terlepas.

"Jangan coba-coba kabur kamu!"

"CORNELIA VANISA MEGANTARA"

Teriakan Reva menambah kecepatan lari Cornelia. Dia berdoa agar pacar posesifnya itu berhenti mengejar. Terlalu fokus dengan belakang, Cornelia menubruk seseorang. Merasakan hal aneh tengah terjadi orang tersebut membawa Cornelia masuk ke mobilnya.

"Pakai sabuk pengaman lo, kita harus segera pergi sebelum ketahuan" perintahnya.

Mobil silver itu melaju cepat, melewati Reva yang masih berlari sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Cornelia.

"Tadi siapa niel?"

"Pacar aku kak" nafas tak beraturan mulai tenang, Cornelia menoleh mengucap terimakasih. "Makasih kak, udah selamatin aku"

"..."

"Kak Eli"

"Sorry niel, gue ngelamun" kata Eli nyengir.

***

Kebiasaan Gita setiap jam makan siang. Mengungjungi Edzard Cafe untuk memesan caramel latte sekaligus mengambil bekal makan siang yang beberapa hari terakhir ini selalu ia ambil sendiri.

Menunggu Cornelia membuatkan caramel latte, Gita mengetukkan jari-jari lentiknya di meja pesanan. Ia membaca papan menu dalam hati. Namun indra penglihatannya selalu tahu dimana pemandangan paling indah dari Edzard Cafe.

Barista Cornelia.

"Aku cuma buatin omelet doang... gapapa kak?"

Gita dengan cuek menjawab. "Apapun masakan kamu akan saya makan" mengambil kotak bekal yang biasa Cornelia gunakan, Gita menyimpannya di tangan kiri. "Kopi saya udah?"

"Udah. Ini kak"

Lengan kaos kiri Cornelia sedikit terangkat, memperlihatkan pergelangan yang memerah bekas cengkeraman Reva kemarin sore.

"Pergelangan kamu kenapa? Kok merah?"

"Kena air panas" alibi Cornelia menutupi pergelangannya.

"Oh, jadi gini kelakuan kamu?"

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang