BAB 09

701 70 4
                                    

Cornelia termenung memikirkan Gita. Perempuan beda satu tahun darinya itu sedikit irit bicara, menimbulkan perasaan khawatir. Ia tidak tahu harus melakukan apa untuk membantu Gita, karena permasalahan yang Gita hadapi bukanlah ranahnya.

Brak

Gebrakan meja melonjakkan Cornelia.

"Kaget gue Lu"

"Ya sorry deh, habis lo bengong mulu. Kenapa sih Niel? Berantem sama pacar?"

"H-hah? Enggak"

"Terus?" kepo Lulu.

"... Gue kepikiran kak Gita. Dia lagi ada problem tapi gue sendiri gak bisa bantu apa-apa selain ngehibur. Gara-gara itu juga kak Gita jadi pendiam" curhat Cornelia.

Lulu mencuci gelas kotor sambil sesekali lirik temannya.

Heran. Itu yang dirasakan Lulu. Cornelia memang tipe orang care, tapi pedulinya Cornelia pada Gita seperti... ada perasaan lain.

"Samperin ke kantor gih, ajak makan siang atau jalan gitu, hitung-hitung refreshing. Ntar gue bantu izin" saran Lulu.

"Not today. Kak Gita sibuk"

"Lo tahu darimana?"

"Chat" Cornelia mengambil nampan. "Gue antar pesanan dulu"

***

Dua cangkir teh menemani obrolan Gita dan Sisca. Sejauh ini Ashel belum mendapatkan informasi apa pun. Gita meneguk teh hingga habis tak tersisa. Cara apa yang harus ia lakukan?

Memutar otak, Gita beranjak berdiri, diikuti Sisca. Jalan satu-satunya mereka perlu mengecek makanan kemarin.

Cklek

Anggota tim Sisca datang. Berlutut di depan Gita.

"Bangun" datar Gita.

Kepala tertunduk, mereka bertujuh tak berani menatap bos mereka. Gita Melempar ke bawah hasil laboratorium makanan kemarin.

"Saya gak tahu lagi. Bagaimana bisa kalian memakai bahan-bahan kadaluwarsa?! Kita bukan perusahaan kekurangan dana!"

"Maaf bos, tapi bahan-bahan yang kami pakai bisa dijamin fresh. Saya sendiri turut adil dalam memilih bahan" jelas Sisca.

"Maksud kamu ada orang lain yang sengaja menukar bahan makanan kita dengan bahan kadaluwarsa, begitu?"

Sisca hendak bicara pun mengatupkan bibir. Kemungkinan perkataan Gita ada benarnya, namun semua masih dugaan.

"Saya putuskan menunda peluncuran produk makanan kita sampai kalian menemukan titik temu masalah ini" tegas Gita.

Gita kembali ke tempat mempromosikan makanan Atmadja Food. Tak ada yang mencurigakan kecuali... kamera CCTV yang di pasang di atas dekat pintu masuk toko.

Meminta izin pemilik toko, Gita mengecek CCTV. Menit awal semua berjalan aman, namun di tengah video ketika Ashel tiba-tiba pergi, muncul sosok misterius berpakaian dan bertopi hitam.

Gita mempause video, mencoba mencari tahu sosok misterius tersebut. Nihil. Orang itu pandai menyembunyikan wajahnya.

Ponsel di saku celana Gita bergetar.

Kening Gita mengerut. "Raisha?"

"Halo kak"

Deru napas tak beraturan mengundang tanya.

"... Kak bantu aku kak. Aku-"

"Kamu dimana? Biar saya susul"

"A-aku di rumah kak"

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang