BAB 17

558 61 6
                                    

Di sebuah ruangan bercahaya minim, sirkulasi udara yang tak berjalan baik karena hanya ada satu ventilasi tampak seorang perempuan tidak sadarkan diri.

Melihat pergerakan perempuan itu, dia buru-buru kabur. Belum saatnya identitasnya terungkap.

***

Setelah mendapat kabar tersebut, Gita segera bersiap-siap. Ia tergesa-gesa menaiki tangga, berganti pakaian. Tak mungkin ia mencari Cornelia memakai celana pendek.

Cklek

"Mana Gita?"

Freya menelan ludah. "A-anu itu, bu bos..."

"Papa? Ngapain papa ke sini? Bukannya minggu depan baru pulang?"

Tak menjawab pertanyaan Gita, Gracio balik bertanya. "Tangan kamu kenapa?"

"Jatuh dari motor"

"Terus kamu mau kemana?"

"Cari Cornelia. Dia hilang Pa"

"Baguslah. Itu akibatnya dekat-dekat keluarga Atmadja" kata Gracio tanpa beban.

Gita menatap curiga. "Jangan bilang papa yang culik Cornelia?"

"Apa untungnya papa ngelakuin itu?"

Merasa percuma dan malas berdebat, Gita pun mengalah. Lebih baik ia mencari Cornelia.

"Freya, kamu ikut saya"

"Baik bu"

"Freya, kamu tetap di sini atau kamu saya pecat?" ancam Gracio.

"Saya bos kamu Fre, bukan papa saya"

Tanpa ragu Feya membungkukkan badan sembilan puluh derajat. "Maaf tuan, kali ini saya di pihak bu bos Gita"

Nafas Gracio berhembus dengan cepat, garis mulut menegang. Amarah di hatinya meluap-luap.

"Kamu pikir semudah itu menyelamatkan dia?"

***

"Bu, sepertinya pencarian kita harus di tunda. Saya baru ingat, hari ini jadwal meeting bersama Arthatama Company" ucap Freya begitu mereka masuk mobil.

"Minta ganti hari"

"Saya sudah mencoba meminta ganti hari bu, tetapi pihak mereka menolak dan mengancam akan membuat berita buruk tentang Atmadja Food Company"

"Yasudah, kita meeting dulu"

Menanti klien datang, Gita menghubungi Flora, memberitahunya jika ia masih memiliki pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan, karena ini menyangkut reputasi Atmadja Food Company.

"Miss Gita Sekar Atmadja?"

Gita mengangkat kepala ke sumber suara. "Oh Pak Bebi"

Ia lantas berdiri begitupun Freya. "Silahkan duduk pak"

"Maaf saya datang terlambat dari jam yang sudah di janjikan"

"Tidak apa-apa pak, santai saja"

Meeting berjalan hampir dua jam. Kesepakatan kerja sama sudah dibuat. Membereskan barang-barang pribadinya, ucapan Bebi menghentikan Gita.

"Melihat anda, saya jadi teringat anak saya"

Gita kembali duduk. Agaknya topik obrolan ini akan menarik. "Maaf, kalau boleh tahu anak anda dimana?"

"Saya tidak tahu keberadaan anak saya sekarang dimana, sejak semalam dia belum pulang"

"Anda sudah coba menghubunginya? Atau mungkin mengubungi teman-temannya?"

"Sudah. Tapi, tidak ada yang tahu anak saya kemana" sadar lawan bicaranya merespon diam, Bebi meminta maaf. "Maaf, saya jadi curhat"

"Tidak apa-apa Pak. Saya hanya bisa bantu berdoa, semoga anak anda segera di temukan" ucap Gita memberi rekan kerjanya semangat. Mendengar cerita Bebi, mengingatkannya pada Cornelia yang keberadaannya entah dimana.

***

Gita memandangi jalanan yang mereka lewati. Kemana Cornelia pergi? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Pikiran buruk itu menambah kecemasannya.

"Sebaiknya kita mengisi energi dulu bu, dari pagi bu bos juga belum makan" ucap Freya berhenti di seberang restoran.

"Saya gak lapar"

Freya menghela nafas. "Saya tahu bu bos khawatir, tapi kalau bu bos sampai sakit gimana? AFC butuh bu bos, terutama Oniel bu"

Berkat bujukan Freya, Gita mau makan. Freya benar. Jika ia sakit siapa yang mencari Cornelia dan mengurus AFC?

Tak jauh beda dengan tiga sahabat Cornelia, mereka memutuskan istirahat sejenak usai dua jam berkeliling mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Apa kata Reva, Flo?"

"Dia gak tahu Lla"

Lulu berdecak kesal, mencibir Reva. "Reva gimana sih? Gak becus banget jadi pacar. Masak pacar sendiri gak tahu kemana"

"Gue dari awal udah bilang kan mereka tuh gak cocok, tapi apa? lo berdua tuh batu, pakai jodoh-jodohin mereka segala" ucap Olla mengeluarkan semua unek-unek yang sudah lama dia pendam.

"Kok lo jadi ungkit masalalu sih Lla?"

Selama ini Olla memang hanya berpura-pura menyetujui hubungan Cornelia dengan Reva. Menurutnya, Reva bukanlah orang yang sebaik itu. 

"Udah, stop. Bukan waktunya buat berantem, kita harus cari Oniel sampai ketemu" lerai Flora.

"Lo pikir dari tadi gue ngapain? Jalan-jalan? Gue nyari Oniel, Flo" sewot Olla.

"Kita bertiga, bukan lo doang" timpal Lulu meralat.

"Iya bertiga, biar lo seneng"

***

Ponsel Gita yang tergeletak menyala. Menampilkan notif pesan anonim.

08xxxxxxxxxx
Send a picture
Apa lo yakin bisa menyelematkan dia?

Gita yang cukup penasaran pun membuka pesan itu. Sebuah foto perempuan yang tengah di sekap dalam ruang gelap membulatkan matanya. Dia Cornelia.

Tanpa pikir panjang Gita menekan gambar telepon di pojok kanan atas room chat.

Nada menunggu membuatnya tak sabar. Ia harus memperingatkan orang tersebut sebelum Cornelia kenapa-napa.

"Gimana?"

Tunggu. Ia mengenali suara itu.

"Reva?"

"You are right. It's me, Reva"

Sial. Umpat Gita.





































To be continued

SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang