Sinar matahari menyambut, namun pemilik kamar tetap betah bergelung di bawah selimut. Ia bergerak kesana-kemari, mencari tempat yang menurutnya nyaman.
Kicauan burung tetangga mengganggu alam mimpinya. Ia terpaksa bangun, meski matanya terasa berat. Setelah nyawa terkumpul sempurna, jari-jari lentiknya meraih ponsel di atas nakas.
Seperti biasa, urutan pertama notif email Freya, di susul grup keluarga, mama, dua kakaknya, cangcorang, dan... tidak ada lagi.
Pesan tak penting sudah ia arsipkan. Termasuk dari Fiony.
Selesai cuci muka dan gosok gigi, Gita mengambil kunciran, mengikat asal rambutnya.
Begitu tiba di lantai dasar, bunyi perpaduan antara pisau dengan talenan menyambut dari arah dapur.
"Cornelia?"
"Pagi kak"
"Kamu ngapain?"
"Ngerampok rumah kakak" Cornelia lanjut memotong bahan masakan. "Mending kak Gita bantu aku masak"
"Saya kan gak maksa kamu masak"
Kalimat yang cukup mengena di hati.
Hening melanda.
Gita asyik bergelut dengan pikirannya. Apa keputusan yang akan ia ucapkan sudah benar atau sebaliknya?
Cukup lama menyakinkan diri, akhirnya Gita berani buka suara.
"Ada baiknya kita menjauh Niel"
"Huh?"
"Saya takut perasaan saya untuk kamu semakin dalam. Saya mencintai kamu Niel"
Penyataan cinta yang tak pernah Cornelia duga akan terlontar dari mulut Gita, mengejutkannya.
"Tapi, saya cukup sadar diri, mustahil untuk mendapatkan kamu"
Cornelia melepas celemek hitam-yang Gita beli khusus untuknya-melipatnya lalu dia simpan di laci meja.
"Kalau aku bilang aku juga cinta kak Gita gimana? Kakak tetap mau menjauh?"
"Jangan bohongi diri kamu Niel" sanggah Gita menatap lekat bola mata Cornelia. "Coba saya tanya, siapa yang kamu pilih antara saya dan Reva"
Cornelia diam beberapa saat.
"Mata kamu mengatakan semuanya Niel. Ada baiknya saya mundur. Mulai sekarang berhenti buatkan saya bekal, saya juga akan berhenti menemui kamu"
***
Area parkiran Atmadja Food Company tampak sepi-hanya ada mobilnya-yang terparkir di sana. Pukul tujuh ternyata. Pantas saja.
Sret
Bahu kanan Gita di tarik mundur membuat tubuhnya menghadap belakang.
"Gue udah peringatkan ke lo, jauhi Cornelia. Tapi, kenapa lo masih aja deketin dia?!" cengkraman Reva di kerah kemeja Gita makin menguat.
"Karena saya mencintai Cornelia"
Tangan kanan Reva siap melayangkan pukulan, namun dia tahan. Dia tidak mungkin menghajar CEO Atmadja di lingkungan perusahaan. Bisa habis nyawanya.
"Kenapa? Anda mau memukul saya? Silahkan. Karena saya akan tetap mencintai Cornelia sampai kapanpun itu" tegas Gita melepas cengkraman Reva lalu membersihkan kerah kemejanya seakan ada debu-debu yang menempel di sana.
"Tidak semua yang anda miliki selamanya jadi milik anda. Termasuk Cornelia" lanjutnya seraya berlalu pergi.
Reva menendang-nendang udara, meluapkan emosinya. Cornelia adalah miliknya dan selamanya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surabaya
FanfictionSurabaya Ibu kota Jawa Timur yang mempertemukan Gita Sekar Atmadja pada seseorang dari sekian banyaknya penduduk Surabaya. Barista cantik di sebuah cafe. Cornelia Vanisa Megantara. Prinsip yang semula pekerjaan nomor satu, seketika berubah setelah p...