"Kenapa kau tidur di sofa?"
Sentuhan dan suara berat dari Sasuke perlahan membuat wanita bersurai merah muda itu menegakan kepalanya dan membuka matanya perlahan. Sakura diam sebentar, mengumpulkan nyawa lalu mengedarkan pandangannya ke arah jendela kamar hotel yang sudah terbuka lebar. Ia baru sadar kalau dirinya ketiduran dan masih memakai kimono putih yang dini hari ia pakai.
"Kau tidak kedinginan?" tanya lelaki itu sembari memegang kening lebar istrinya dan menyibak rambutnya yang setengah basah.
Sakura menggeleng. "Aku ketiduran di sini sepertinya."
Seusai mandi tadi pagi Sakura memang belum sempat berganti pakaian. Sembari menunggu rambutnya kering ia sibuk bermain ponsel dan tanpa sadar ia ketiduran di sofa. "Leherku pegal. Astaga ...," ucap wanita itu sembari meregangkan lehernya yang terasa sakit.
"Bagian ini yang sakit?"
Sasuke sedikit mencengkram tengkuk Sakura dan berniat memijatnya, namun sang istri malah terbatuk dan memukul tangan lelaki itu.
"Kau membunuhku kalau seperti ini, lepaskan!"
Mendapati respons seperti itu Sasuke tertawa. Rasanya lucu melihat istrinya marah dan terus memukul lengan lelaki itu yang cengkramannya sudah terlepas.
"Sudah cukup Sakura."
Seperti biasa lelaki itu perlahan menunduk dan hendak memberi ciuman pagi pada sang istri. Namun baru saja memejamkan mata dan meraih dagu wanita itu, sebuah deringan ponsel dari kontak bernama 'Sean' berhasil membuat Sasuke mundur dan memilih untuk masuk ke kamar mandi kemudian menyalakan air keran sebesar mungkin.
Obrolan mereka di telepon, rasanya tidak ingin ia dengar sama sekali.
***
"Kenapa?"
Sakura yang lebih dulu masuk lift mengerutkan alis pada sang suami karena tiba-tiba melayangkan pertanyaan begitu saja. Merasa heran, wanita itu pun balik bertanya, "Kenapa apanya?"
"Kau membatalkan makan siang dengan Sean. Bukannya waktu itu kau bilang ingin ke sana?"
Sakura terdiam sejenak kemudian tertawa samar. "Oh, kau menguping percakapanku dengan Sean di telepon tadi?"
Sang suami tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah sembari menunggu pintu lift berhenti di lantai dua, restoran hotel.
Lama tidak direspons oleh Sasuke, Sakura mendesah dan mendekatkan dirinya ke arah lelaki itu, "Aku memang penasaran ingin ke sana, tapi karena kau tidak ikut ya aku tidak mau pergi sendiri."
"Dengan Sean saja memangnya tidak bisa?"
Sakura menggeleng kemudian menjawab singkat. "Tidak bisa."
"Kenapa?"
Entah apa yang ada di pikiran Sasuke, yang pasti obrolan ini rasanya asing untuk Sakura. Padahal, biasanya lelaki itu cenderung diam dan lebih banyak menyimak cerita dari perempuan yang kini menjadi istrinya. Tidak banyak mempertanyakan hal-hal semacam ini.
"Aku tidak ingin pergi dengan Sean. Apa jawaban itu kurang jelas?"
Tanpa sadar Sakura memberi penekanan di kalimat akhir. Membuat lelaki itu sedikit terkejut namun ia segera mengatur napasnya menenangkan diri.
"Lupakan, maaf tiba-tiba menanyakan hal seperti itu padamu."
Sakura memutar bola matanya kesal, "Tiba-tiba bertanya seperti itu kemudian menyuruhku melupakannya begitu saja, kau aneh!"
Lelaki itu menghela napas kemudian mengelus bahu sang istri, "Aku sedang emosional. Sekali lagi aku minta maaf."
"Kau seperti perempuan saja, sensitif!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Soul
FanfictionSemua ikatan itu terjalin atas dasar cinta. Tetapi percaya atau tidak, hal itu tidak terjadi dalam hubungan kita. Kecuali hanya satu sisi saja, "Aku mencintaimu, tetapi kau tidak." . . Sasuke x Sakura Naruto © Masashi Kishimoto