Resolve (Sasuke)

1.5K 214 21
                                    

"Hubungan mereka setahuku hanya sebatas teman."

Lelaki itu menyandarkan punggungnya ke kursi besi dan perlahan memejamkan matanya. "Jangankan kau, aku sudah mengenali Sasuke lebih dari sepuluh tahun dan rasanya," Lelaki itu terdiam sejenak kemudian mengusap wajahnya kasar. "Sasuke jarang berteman dekat dengan perempuan. Mereka saling memahami satu sama lain, dan hubungan itu sama sekali tidak bisa kumasuki sejak dulu."

Saara menggigit bibir dan meremas kecil jemari miliknya.

Hubungannya dengan Sasuke memang ada kemajuan. Bukan hanya hubungan baik dengan Mikoto saja, perlahan Sasuke juga membiarkan Saara masuk ke hidupnya dan mengetahui banyak hal tentang dirinya.

Saling menghubungi satu sama lain, makan siang bersama dan bahkan melakukan kencan seperti ini. Melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.

Namun tanpa sadar, saat ini kepercayaan dirinya roboh seketika. Bagaimanapun ia merasa dekat dengan Sasuke, tetapi tetap saja ada gadis lain yang lebih diperhatikan selain dirinya. Bagaimana lelaki itu menatap Sakura, peka terhadap apa yang gadis itu butuhkan dan menurutnya...

Apa Sasuke menyukai Sakura?

.

.

"Kau menangis Saa-chan?"

Gadis itu mengerjap mendapati pertanyaan yang tiba-tiba dari penata rambutnya. Ia kemudian menyentuh matanya yang sudah basah dan segera menghapusnya. "Ah, bukan apa-apa Joy."

Lelaki gemulai yang masih memblow rambut miliknya itu hanya menatap Saara dengan tatapan sendu. "You can tell anything to me, Darl."

Saara tidak menjawab, dia hanya menunduk sebentar dan menjatuhkan air matanya lagi.

***

"Kau tidak perlu masuk kerja kalau kondisimu buruk seperti ini."

Naruto mengusap kasar wajah Sakura yang sibuk dengan gambar bangunan dan laporan keuangan di mejanya. Wajah gadis itu tampak kacau, matanya bengkak dan rambut merah muda yang biasanya dicurly hanya diikat asal.
Sakura hanya menoleh dan melempar tangan lelaki itu agar menjauh darinya.

"Aku masih baru di sini. Tidak mungkin bolos kerja."

Lelaki itu hanya tertawa ringan dan berdiri ke tepi jendela ruangan untuk menatap bangunan hotel di depannya yang masih dalam proses pembangunan.

"Aku minta maaf."

Mendengar kalimat itu Naruto berbalik dan menaikan sebelah alis pada Sakura heran.

"Aku tiba-tiba pergi dari taman saat mendapat kabar tentang Ibu," Sakura mendesah dan menumpuk berkas pekerjaannya ke sudut meja. "Saat itu aku panik sekali."

"Kau membuat semuanya cemas memang."

"Ya... Aku juga sudah meminta maaf pada Saara lewat telepon tadi pagi. Aku membuat rencana kita gagal." Ucapnya sedikit menyesal.

"Tak apa, kau tidak usah khawatir tentang rencana itu," Lelaki itu menghampiri Sakura dan mengambil topi proyek yang menggantung di tiang besi sebelahnya. "Saatnya patroli. Ayo!"

Matanya tak henti menatap Sakura yang dengan semangat menganggukan kepala, ikut mengambil topi proyek dan juga tak lupa memakai masker.

Bicara soal kencan ganda kemarin, satu-satunya orang yang paling cemas pada gadis itu adalah Sasuke. Ia bahkan kembali ke rumah sakit setelah mengantar Saara pulang.

Jujur, kecemasan berlebihan Sasuke pada Sakura saat itu membuat perasaan lelaki itu tak nyaman, iri, atau entah apalah namanya.

Naruto memiliki banyak perempuan yang dekat dengannya memang, tetapi perasaannya pada Sakura berbeda. Terlebih ketika mereka semakin dekat dan menjadi partner kerja.

Unbroken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang