Her Story Begin (Sakura)

2.2K 263 14
                                    

Sepasang jemari kurus yang masih tersemat selang infus itu bergerak lihai di atas keyboard. Gadis itu tampak fokus menatap layar laptopnya sampai-sampai tidak menyadari kedatangan lelaki bersurai merah yang kini berada di ruang rawatnya.

"Kau tahu artinya istirahat?"

Gadis itu menoleh dan mendongak ke arah lelaki yang berada di depannya. Nama lelaki itu Rei Gaara, kekasihnya. "Aku sudah istirahat selama 8 jam. Sekarang saatnya-"

Lelaki itu segera mengambil laptop dari tangan gadis itu dan menaruhnya di atas kursi. Gaara sedikit tidak suka melihat apa yang sedang dikerjakan kekasihnya di depan laptop. Kondisi gadis itu masih sakit, tetapi dia malah sibuk membuat surat lamaran dan mencari lowongan pekerjaan di internet.

"Fokus pada penyembuhanmu dulu, setelah itu kau boleh mencari kerja lagi, Sakura."

Gadis itu memutar bola matanya. "Akan lebih cepat jika aku melamar pekerjaan saat ini. Setelah sembuh nanti aku akan mendapat panggilan bukan?"

Gaara menggeleng dan segera duduk di samping ranjang. Dia mengeluarkan buah-buahan dari kantung plastik yang ia bawa kemudian mengupasnya dan memberikannya pada gadis itu. "Jangan terlalu memikirkan tentang pekerjaan. Tidak memiliki pekerjaan sekarang tidak akan membuatmu mati."

Sakura hanya mengerucutkan bibirnya dan perlahan membuka mulut melahapkan buah-buahan yang diberikan oleh kekasihnya.

"Pinjaman itu..." Desah Sakura sembari memandangi apel merah utuh yang mengkilat di depannya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu." Kata lelaki itu sembari mengelus puncak kepala merah muda kekasihnya.

Sakura kembali berbaring dan memasang selimutnya hingga leher. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Sakura dan Gaara mendapat pekerjaan di perusahaan yang cukup besar. Dengan penghasilan yang juga cukup besar, mereka membangun rumah sendiri dan bangunan baru di panti asuhan yang telah menaungi mereka hampir dua puluh tahun.

Uang tabungan milik Sakura dan Gaara tentu saja tidak akan cukup untuk membuat dua bangunan itu sekaligus. Pada akhirnya mereka melakukan pinjaman bank untuk menutup kekurangan biaya pembangunan tersebut.

"Angsuran setiap bulannya cukup besar. Aku juga harus ikut bekerja lagi dan tidak terus bergantung padamu." Ucap Sakura yang berbaring memunggungi lelaki itu.

"Tidak ada perusahaan yang mau menerima karyawan sakit, tahu?" Balas lelaki itu yang mencondongkan tubuhnya dan mencubit hidung kecil Sakura.

"Lepaskan tanganmu, Gaara!" Ucap Sakura yang melempar tangan lelaki itu yang sedari tadi menyentuh hidung dan jidat lebarnya bergantian.

"Asal kau tahu saja aku sama sekali tidak pernah keberatan jika kau bergantung terus padaku," Gaara menyunggingkan senyuman tulusnya dan meraih tangan kiri kekasihnya yang tertusuk selang infusan. Lelaki itu tanpa diduga menyematkan cincin berlian di jari manis Sakura dan berhasil membuat mulut gadis itu terbuka kemudian mendongak ke arahnya. "Aku ingin mempercepat pernikahan kita."

Sakura yang masih terkejut menatap wajah lelaki di depannya yang tampak terlihat santai seperti biasanya. Sakura bangkit dari tidurnya dan duduk seperti posisi semula. "Kau... Serius?" Gadis itu bertanya dengan suara bergetar dan juga detak jantungnya yang berdebar semakin cepat tak karuan.

Gaara terkekeh dan kembali menarik cincin yang baru saja disematkan di jari manis Sakura beberapa detik lalu. "Bercanda. Aku hanya ingin mencobanya di tanganmu. Syukurlah kalau ternyata cukup, kukira yang ini akan kekecilan."

Perasaan Sakura yang baru saja merasa diterbangkan ke langit ketujuh tiba-tiba jatuh begitu saja mendengar tawa puas yang diberikan kekasihnya. Wajah Sakura semakin memerah malu dan ia segera menghujani perut Gaara dengan cubitan bertubi-tubi di sana.

Unbroken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang