When We We're Young VI (Sasuke Sakura)

827 107 22
                                    

Sakura terdiam cukup lama setelah mendapati satu dus paket berwarna putih yang berisi belasan pakaian, tas dan sepatu yang terbungkus rapi di dalamnya satu persatu. Shion tidak tanggung-tanggung. Ia mengirimkan barang-barang itu semua untuk Sakura dengan alasan model tasnya sudah membosankan dan pakaiannya sudah tidak muat. Gadis itu memijat pelipisnya sebentar kemudian menghubungi nomor telepon Shion.

"Ini terlalu banyak Shion!"

"Tak apa Sakura, badanmu itu kurus. Pasti semuanya akan cocok untukmu."

Sakura menghela napas. Dua hari yang lalu Shion sempat menawarkan beberapa pakaian dan sepatu miliknya pada Sakura. Bukan barang baru memang, hanya saja jarang dipakai dan sayang kalau dibuang. Sakura menerimanya, dan ia tidak tahu kalau akan sebanyak ini.

Sakura mengambil pakaian itu dan menatap labelnya satu persatu. Dilihat dari brandnya, pakaian, tas dan sepatu itu pasti harganya mahal. Untuk membeli satu stel saja, sepertinya gadis itu harus membobol habis semua tabungannya.

"Ini semua pasti mahal. Aku harus menggantinya dengan apa?" Tanya Sakura yang berbaring dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Gadis di seberang telepon hanya tertawa. "Tidak semahal itu, aku membelinya dengan ibuku saat diskon. Kalau kau tidak menerimanya, ya aku akan membuangnya. Lebih baik yang mana?"

Sakura menghela napas lalu memindahkan ponselnya ke telinga yang satunya. "Aku tidak tahu harus bilang apa. Terima kasih banyak ya."

"Sama-sama. Bagiku, kau sudah seperti adik. Eh, atau kakak ya?" Ujar Shion sembari terkekeh. "Omong-omong, Sean sepertinya tertarik padamu. Kapan-kapan, main ke rumahku lagi ya?"

"Tentu, semua keluargamu menyenangkan."

"Kau mau jadi bagian keluargaku? Menikah dengan Sean dan kau akan otomatis menjadi adik iparku."

Kini giliran Sakura yang tertawa. "Ayolah, adikmu masih bocah SMP."

"Kalian hanya selisih dua tahun, sepuluh tahun mendatang dia akan menjadi lelaki tampan, percaya padaku."

"Sepuluh tahun kedepan mungkin aku sudah menjadi istrinya Gaara."

Gadis di seberang sana tertawa lagi. "Yah... Adikku pasti akan sedih mendengarnya."

"Kau berlebihan Shion," Ucap Sakura sembari tertawa dan melirik ke arah jam dindingnya. "Sebentar lagi jam anak-anak makan malam. Kututup teleponnya tak apa ya?"

"Ya, dah!"

"Dah!"

Sakura menekan tombol merah. Perlahan ia bangkit dari rebahannya dan menaruh ponselnya di atas nakas. Semenjak ia mengenal Shion, pemasukan dana pendidikan anak-anak panti asuhan semakin meningkat. Kedua orangtuanya saat ini tercatat sebagai salah satu donatur terbesar di panti asuhan. Sedikit-sedikit panti asuhan itu membenahi dan memperluas bangunannya. Fasilitas pembelajarannya pun ditingkatkan mengingat banyak anak-anak cerdas yang rupanya mampu bersaing dengan siswa siswi lain di luaran sana. Sakura merasa senang, panti asuhan yang semula hanya rumah kecil yang dipenuhi banyak kepala, sekarang sudah lebih baik.

Unbroken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang