"akkhhh...."
"Hia..."
Dunk berlari keluar dari pintu dapur, beberapa kotak lantai penuh dengan makanan yang berserakan. Nampak dua piring tergeletak diatas sana dalam kondisi mengenaskan, apa yang terjadi? Keributan apa ini? Dia menatap semua semua anak-anak yang menunduk disisi ruangan.
"Sun? Apa yang terjadi?"
"Hia.. dia mengambil lauk-ku, dia merampasnya"
Lelaki kecil menunjuk kearah temannya, nampak bajunya sudah belepotan dengan noda dimana-mana. Dunk hanya mengangguk mendekati dua pria kecil itu bersimpuh didepannya "baiklah, maafkan Hia.. belum bisa membagikan lauk yang lebih banyak, maaf yah"
"Kami yang meminta maaf Hia.. maafkan kami"
"Jangan bertengkar lagi okay? Hia akan berikan lauk untuk mengganti yang sudah jatuh, kembali ke tempat kalian"
"Baiklah Hia.."
Dunk mengangguk pelan, kelopak matanya memanas. dia menatap satu persatu anak-anak di ruangan itu, mereka berjumlah sekitar 10 orang saja, tapi pihak panti asuhan belum bisa memberikan kenyamanan pada mereka.
Lelaki manis itu beranjak dari sana, dia berjalan ke dapur mempersiapkan makanan lain untuk mengganti piring yang tadi, lauk tinggal sedikit hanya bagian untuknya dan bibi Jan.
"Berikan saja untuk anak-anak"
"Tapi.. bibi Jan?"
Wanita paruh baya itu tersenyum, dia mengusap pundaknya Dunk "bibi sudah kenyang, biarkan mereka memakan bagianku"
"Terima kasih bibi Jan"
"Kau Jangan lewatkan makan, makanlah dengan mereka..."
Dunk mengangguk pelan, dia kembali berkumpul dengan anak-anak di ruang makan. semua mulai menyantap hidangan dengan hikmat, tak banyak berbicara lagi. saat semua selesai mereka berbaris meletakkan piring di wastafel, satu persatu mencuci alat makan mereka masing-masing, berbaris rapi hingga di ujung, Dunk ada disana mengawasi mereka.
"Sudah selesai kan?, Jangan lupa untuk mengerjakan pr kalian terlebih dahulu, jika ada yang ingin tidur siang silahkan"
Semuanya bubar melakukan aktivitas mereka masing-masing, termasuk Dunk yang mulai berbenah peralatan dapur bersama bibi Jan. dia termasuk salah satu anak panti asuhan disitu, namun dia memilih untuk tetap menemani bibi Jan yang sudah paruh baya. ini tak buruk... dia bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak, pendidikannya berhenti di senior high school, karena tak ada alasan lagi untuk melanjutkan ke universitas.
Dengan kondisinya seperti ini pun sudah sangat bersyukur, ini jauh lebih baik dibanding harus berjuang sendirian di luar sana, dia sendiri tak yakin bisa bertahan
"Hia.. Hia..."
Lamunannya buyar, dua laki-laki kecil menghampirinya "Hia.. di luar sana ada mobil.."
"Iya.. Hia, mobilnya bagus sekali"
"Apakah kita kedatangan tamu?" Bibi Jan memperbaiki pakaiannya kemudian bergegas keluar dari panti asuhan
"Sun.. siapa yang datang?"
"Aku tidak tau Hia.., aku hanya melihat sepasang suami istri"
Rasa penasarannya timbul, dia mengendap-endap mengintip jendela. benar saja dihalaman ada pasutri membawa seorang pemuda "siapa itu?"
"Hia.. dia tampan sekali"
Dunk mengangguk, diluar sana bibi Jan nampak membawakan koper berukuran lumayan besar masuk ke panti, dia dan tamu itu duduk di ruang tamu "Dunk..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [Joongdunk]18+[END]
Fanfictionombak tak pernah berhenti menabrak batu karang, matahari masih terbit kemudian terbenam, namun dirinya telah tenggelam.. masih terombang-ambing dalam kisah sederhana menjadi dongeng lucu yang akan membuat orang menertawai harapannya. "Joong aku haru...