7

1.2K 114 9
                                    

Hari yang di takutkan benar-benar telah tiba, bibi Jan berkali-kali memasuki kamar, wanita paruh baya itu memastikan barang-barang di dalam koper milik pemuda tampan yang kini sibuk membolak-balik snow globe dalam genggamannya, hingga bibi Jan menepuk bahu Dunk mencoba membuat lelaki itu tersadar dari lamunan

"Ayo Dunk.. semua milik tuan Joong sudah masuk ke dalam kopernya kan?, Tak ada yang tersisa lagi?"

Dia mengangguk samar, kepalanya kembali menoleh pada sosok tampan itu, nampak masih sangat asik memandangi salju-salju di permukaan bola kaca, "Joong.., sudah siap kan?"

Sejenak tak ada respon, hingga mencoba menarik pelan lengan itu, Joong menatap bingung "ayo.. kita keluar, ayah dan ibumu akan datang"

Nampak Joong menatap lekat wajah manis Dunk, wajahnya tak berekspresi apapun, dia menggenggam tangan mungil kemudian mengusapkan ke pipinya, lembut sekali.. Dunk terkekeh pelan mengusap rambut Joong, sangat nyaman..

Dia tak paham betul apa yang membuat wajah lelaki manisnya sendu, namun Joong akan berusaha membuat senyuman itu kembali terbit

"Seperti matahari, senyuman Dunk akan terbit dan bersinar..."

"Joong sudah sembuh yah.., hanya tinggal sedikit saja, Joong akan pulih sepenuhnya"

Dia merengkuh tubuh tegap itu, membiarkan Joong merasakan pelukannya lebih lama lagi, moment terakhir di tempat ini, Dunk berharap lelaki ini cepat kembali lagi menjumpainya, di tempat yang sama saat pertama kali mereka bertemu.

.

.

"kami sangat berterimakasih, sampai tak tau harus mengucapkan apa lagi, kalian menemani Joong disini dan merawatnya dengan baik"

Anak-anak disana menyimak pembicaraan dalam diam, bibi Jan juga tak berhenti mengangguki ucapan wanita di hadapannya,

Orang tua Joong telah kembali, dan menemukan psikolog terbaik dan berencana membawa pemuda itu secepatnya ke belgia "Dunk juga.. terima kasih sudah menemani anak kami"

Lelaki manis itu mengangguk pelan matanya melirik Joong yang masih saja sibuk membolak-balik snow globe, apakah pria itu tak merasakan sedih sama sekali harus berpisah?, Ahh.. Dunk lupa jika Joong memang sedang dalam kondisi tak stabil cenderung tak peduli sekitarannya, bahkan lelaki itu memiliki ingatan yang buruk dengan situasi yang dia hadapi, tak ada yang bisa Dunk harapkan, dia hanya bisa mengantar kepergiannya saja,

"Baiklah.. kami permisi, akan kembali ke bangkok lalu bersiap ke belgia"

Semua orang-orang dalam panti berdiri, mengantarkan sampai ke teras depan, tak terkecuali Dunk yang hanya bisa tersenyum kecil, dia sudah pasti mendoakan kesembuhan Joong, lelaki itu harus kembali menjadi pemuda yang memiliki masa depan indah, bergaul dengan teman sebaya dan memiliki kekasih ditengah glamornya kehidupan kota, Joong pantas mendapatkannya, terlebih dia lelaki yang nyaris sempurna.

"Jaga snow globe nya yah.. itu hadiah untuk Joong" lirihan pelan membuat Joong menatap lelaki manis itu, wajahnya bingung.. kemudian menggenggam tangan Dunk yang sudah hampir menangis "jangan lupakan Dunk yah.. Joong baik-baik disana, jangan lupa kembali ke sini lagi" tangannya mengusap pipi Dunk kemudian tersenyum, dia mengangguk cepat, lalu menunjukkan bola kaca kesayangannya pada Dunk seolah berkata akan menjaga benda itu

"Ayo, Joong.. kita harus cepat"

Tak di sangka, dia menghabiskan waktu lumayan lama di tempat ini, wajah-wajah yang sudah tak asing lagi baginya nampak sedih, agak sedikit bingung kenapa mereka semua menatapnya seakan dia tak akan kembali ke tempat ini lagi?

Snow Globe [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang