9

1.1K 117 8
                                    

"Joong..."

Pandangan lelaki itu beralih, dia menatap seorang wanita yang mendekat dan memeluknya dalam pelukan hangat

"Bagaimana perasaanmu nak?"

"Baik..." Sahutan singkat itu membuat kedua orang tuanya cukup lega.. beberapa hari setelah terapi, anak mereka mulai bisa merespon ucapan dengan baik, meski masih sering mengkhayal itu tak jadi hambatan yang berarti

"Joong, jangan pikirkan hal lain yang tidak perlu nak.. kami ada disini bersamamu"

"Aku bahkan tak memikirkan apa-apa" merasa dia hanya tidur dalam mimpi yang akhirnya telah usai, entah berapa lama dia ada di ruangan ini, namun terbangun dalam keadaan semu

"Kita bisa pulang secepatnya"

"Selesaikan beberapa prosedur dulu, aku akan mengurus barang-barang kita"

Joong melirik pada sang ibu, wanita itu sibuk menumpuk beberapa lembar pakaian masuk dalam koper, suasana ruang inapnya sangat tenang, dari tempat tidur bahkan nampak pemandangan hiruk-pikuk pusat kota Brussel, Dinding full kaca telah menyuguhkannya.

"Ibu.."

"Iya Joong?, Kau memerlukan sesuatu?.."

Sepanjang malam terlewati dengan debaran hati tak karuan, ingin bertanya tentang ini, karena menyinggung perihal hatinya, tapi mungkinkah sang ibu paham?, Tak bisa di bahasakan.. dia tak tau menjelaskan, suasana hati terasa pilu sepanjang hari, apa ada yang salah dengannya?, Atau terapi itu tak cocok untuknya?

"Apa aku melewatkan sesuatu?"

"Sesuatu apa?"

Itu dia yang membingungkan "aku merasa, sedang merindukan seseorang, tapi-

-Joong, kau sudah berjanji tak akan memikirkan sesuatu di masa lalu, kau janji tak akan mencoba mencari tahu, bukankah begitu nak?"

Tak banyak bicara lagi, dia memilih bungkam, tangannya mengusap pipi, merasa kesemutan tiba-tiba matanya merasa mengantuk, selalu saja seperti ini dia susah terlelap dimalam hari dan baru mengantuk pagi harinya

"Joong, kepulangan mu akan segera di urus, bersiaplah.. semoga nanti malam kita bisa naik penerbangan"

"Humm..."

.

.

.

.

.

Cuaca panas matahari pagi sepanjang jalan trotoar membuat Dunk sedikit kewalahan, dia berjalan linglung, baru saja turun dari pesawat dia hampir kehabisan nafas.. kepalanya pening, ditambah ini adalah pengalaman pertama menaiki kendaraan udara membuat dirinya masih sangat asing

"Perutku masih kosong" di hentikan lah taksi yang ada di sekitaran bandara, melenggang masuk ke dalam mobil tanpa membuang banyak waktu, dia ingin cepat melihat tempat kerjanya "maaf paman.. aku pendatang baru di kota bangkok, tolong ke alamat ini yah..." lelaki manis menunjuk pada secarik kertas dibaca seksama oleh pria paruh baya yang mengemudi

"Ahh.. baik, tenang saja nak, tempat ini dekat dari perusahaan pengelola pangan organik, dulu paman bekerja menjadi supir pribadi di perusahaan besar itu"

Dunk mengangguk senang, sepertinya ini mudah, jauh dari ekspektasi, kemarin dia berpikir akan kesusahan menemukan alamat, "terima kasih paman, tolong antarkan saya kesana"

"Kau darimana nak?"

"Provinsi nan.." mata lelaki itu melirik keluar kaca, suasana yang tak pernah ia rasakan di tempatnya menetap tersuguh di kota ini

Snow Globe [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang