Hujan di luar semakin deras saja, malam telah larut namun karena atap di rumah itu cukup ribut, Joong gelisah kesusahan menutup matanya, dia tak bisa terlelap meski pemuda manis disisinya sudah sejak tadi mendahuluinya menuju alam mimpi,
Guratan wajah cantik yang membuatnya selalu terkesima, dia mengusap pipi lembut Dunk, matanya tak beralih sedikitpun, cukup tau bahwa lelaki itu telah terlelap, dia tak mau mengganggu namun nyaman sekali menyentuh pipi gembil itu, selembut butiran salju,
Matanya membulat, kemudian mengambil snow globe kesayangannya di atas nakas, diletakkan di sisi Dunk, dia menyaksikan butiran salju buatan memenuhi permukaan bola kaca, hatinya gembira sekali, hingga tak sadar lelaki manis itu membuka mata melihatnya "Joong belum tidur?"
Dia menggeleng, dan Dunk tersenyum.. semakin teduh, hatinya semakin hangat, dinginnya suasana malam tak membuatnya berniat menutup diri, kini lelaki manis kesayangannya dengan hangat memberikannya pelukan "dingin kah?, Jadi Joong tak bisa tidur?"
"Hmm..."
"Lebih sering lah bicara, Dunk suka mendengarkannya"
Netra kelamnya seketika redup, Joong menenggelamkan kepala di dada lelaki manis itu, entah apa yang kini ribut dalam fikirannya, Dunk tak pernah berhenti menenangkannya "sesulit apapun kejadian yang pernah menimpa Joong, tak usah takut, Joong bisa menceritakan semuanya pada Dunk"
Meski fatal, Dunk tak pernah masalah untuk mendengar nya, bukankah semua orang pernah melakukan kesalahan?, Joong termasuk orang yang bisa melakukannya, dia sendiri sangat penasaran, meski mustahil membuat Joong berbicara tentang kejadian yang menyebabkannya trauma, Dunk selalu berusaha meyakinkan
Dia mengusap rambut hitam itu dengan penuh kelembutan, berharap Joong mendapatkan perasaan yang lebih baik, "kau sayang pada snow globe ku kan?" Terasa di dadanya lelaki itu mengangguk "aku punya snow globe itu sejak bayi, tapi saat beranjak remaja, bibi Jan melihat snow globe ku dan menceritakan tragedi menyedihkan tentang cinta sepasang kekasih, apa Joong mau dengar?"
Lelaki tampan itu mengadahkan kepala, guratan wajahnya sangat penasaran, Dunk sendiri merasa air mata akan jatuh dari matanya, hingga Joong lebih dulu mengusap pipinya mencoba menahan air mata itu "tak usah khawatir, aku tidak apa-apa, hanya terbawa kesedihan dengan cerita itu, Joong mau dengar?"
Dia merengkuh kepala Joong kemudian mengusapnya pelan, seakan ingin mendongeng dia berusaha membuat Joong lebih nyaman dalam dekapannya "tragedi menyedihkan dalam cerita menyakiti hatiku, aku jadi takut orang yang kucintai melupakanku, lelaki di cerita itu dilupakan oleh kekasihnya, kata bibi Jan itu bukan kesengajaan, tapi takdir menjalankan kisah mereka seperti itu"
Dunk merasa matanya memanas, dia tertawa pelan menatap Joong yang masih menyimak "lelaki itu pergi karena mengorbankan dirinya untuk kehidupan sang kekasih, dan lebih parahnya saat kekasihnya bangun dari tidur panjang di musim salju, dia tidak lagi mengingat lelaki itu, benar-benar memilukan"
"Humm... Dunk jangan menangis"
"Aku takut orang yang kucintai juga melupakanku" Joong mengusap pipinya dengan cemas, nampak sekejap lelaki itu bingung "tapi lihatlah.. meski snow globe nya membawa cerita yang memilukan tentang salju, aku tak pernah benci dengan snow globe nya, karena aku tau snow globe ini milikku dan tetap akan menjadi kesayanganku, Joong juga begitu... Sekalipun ada jutaan cerita memilukan darimu, kau tetap Joong yang disayang oleh Dunk, tak akan ada yang berubah"
Kenapa Joong sangat enggan membuka mulut tentang hal yang membuatnya seperti ini?, Dunk merasa Apakah dia tak pantas dipercayai?
"Aku membunuh Nita"
"Nita siapa?"
"Dia kekasihku..."
.
"Kau menghianatiku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [Joongdunk]18+[END]
Fanfictionombak tak pernah berhenti menabrak batu karang, matahari masih terbit kemudian terbenam, namun dirinya telah tenggelam.. masih terombang-ambing dalam kisah sederhana menjadi dongeng lucu yang akan membuat orang menertawai harapannya. "Joong aku haru...