Sepanjang perjalanan anak-anak bersorak gembira, tak henti-henti mereka memandang keluar jendela kaca mobil kemudian berteriak menunjukkan sesuatu pada teman yang lainnya, tak terkecuali Joong.. lelaki itu selalu menarik ujung baju Dunk hanya untuk menunjukkan sesuatu menakjubkan yang di lihatnya diluar jendela,
"Joong tidak mau tidur?"
Joong menggeleng, dia semakin asik dengan banyaknya pemandangan mengagumkan diluar sana, tangannya tak berhenti menyentuh permukaan kaca, terlebih saat mereka melewati bukit dan banyak sekali pohon rindang di atasnya, dia semakin girang
Dunk hanya bisa menatap, entah mengapa dia berfikir, berapa lama lagi akan menyaksikan senyuman itu?, tiap inci wajah polos yang memancarkan aura menyenangkan di dekatnya, sungguh.. Dunk tak ingin kehilangan lelaki ini, semenit pun, dia mungkin tak akan bisa, terlalu terbiasa dia menghabiskan waktunya sepanjang hari mengurus Joong, hingga akhirnya dia mungkin akan merasa aneh jika suatu saat lelaki itu meninggalkannya,
"Joong.."
Pemuda itu menatap, dia semakin tak bisa menahan kesedihannya, pikirannya terus berburuk sangka dengan kejadian tak mengenakkan, dari awal seharusnya dia terima dengan kenyataan ini, bahwa Joong hanya akan tinggal sementara di panti asuhan bersamanya,
Secara... Joong adalah lelaki yang beruntung, telah lama dia berhenti menempuh pendidikan karena tragedi pilu yang menimpanya, dia harus kembali secepat mungkin, mencicipi manisnya masa kejayaan dan berbaur dengan orang-orang yang sejalan dengannya.
"Tak apa jika nanti Joong tak ingin kembali lagi ke panti asuhan, tapi Joong harus sehat-sehat yah.. jangan membebankan semua hal pada diri sendiri, Joong harus mencari wanita cantik yang tulus mencintai, yang bisa memberi Joong tempat sandaran untuk menceritakan segalanya"
Anggukan pelan itu membuat Dunk semakin ciut.. dia memeluk lengan lelaki tegap yang bahkan mungkin tak mengerti maksud pembicaraannya, saat Joong mengusap pipinya, Dunk mencoba memejamkan mata merasakan kehangatan...
.
.
.
.
."Tahan sisi yang ini dulu" anak kecil itu mengangguk sembari menunggu Dunk mengambil sebuah batu, kemudian membantunya menanamkan batang kayu kecil lebih dalam di samping tenda mereka "nah.. sudah, jangan lupa ambil kayu di dekat-dekat sini, nanti malam aku akan membuatkan api unggun"
"Khab.. Hia.."
Dunk menepis peluh di dahinya, menatap kanan-kiri, semua anak-anak berlarian di tepi pantai, saling melempar bola dan bermain pasir.. matahari sangat terik, namun disana mereka masih semangat, Dunk ikut antusias memperbaiki tenda-tenda yang masih kurang bagus
"Joong tidak ikut bermain?"
Lelaki tampan itu menggeleng, dia duduk saja di atas karpet memegang beberapa tali untuk membantu Dunk memperbaiki tenda
"Joong bisa ikut bermain bola, ini tinggal sedikit"
Dia menggeleng, dan tetap duduk di posisinya, hanya memandang wajah manis Dunk, dia sudah puas.. sesekali Joong akan tertawa kecil saat lelaki itu mengusap wajah karena kelelahan
Pemandangan pantai yang indah pun terkalahkan, siluet mentari terik membenam di butiran pasir, sensasi panas di sana sama sekali tak membuatnya tertarik membenamkan diri di air pantai, terlebih Dunk belum mandi juga, dia jadi enggan
"Hia.. semua tendanya sudah bagus"
"Baiklah, terima kasih sudah membantuku, silahkan pergi bermain"
Dunk menghampiri Joong yang masih sibuk memainkan tali tenda, matanya melirik tas sekilas lalu mengeluarkan snow globe dari sana, memberinya pada lelaki tampan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [Joongdunk]18+[END]
Fanficombak tak pernah berhenti menabrak batu karang, matahari masih terbit kemudian terbenam, namun dirinya telah tenggelam.. masih terombang-ambing dalam kisah sederhana menjadi dongeng lucu yang akan membuat orang menertawai harapannya. "Joong aku haru...