"memotongnya lurus-lurus" Dunk sudah kesal, dia mengambil pisau kecil dari tangan sang kekasih "bagaimana sih?, Begini saja tidak bisa.. payah"
"Aww.. aku menghabiskan waktu di kantor sepanjang hari, wajar aku tak bisa memotong sayuran"
"Tak usah alasan, bilang saja jika kau payah..."
Joong memegang dadanya syok "baby.. kau jadi kasar sekali padaku, hatiku sakit.." sangat dramatis, dia bahkan memeluk sang kekasih dari belakang berpura-pura menangis "ughh.. apa karena aku berhenti menjadi CEO?, Kau akan menelantarkan ku?"
"Ya ampun.. ada-ada saja, tidak dong, kau pikir aku hanya menginginkan uangmu?"
"Humm.. yasudah, Jangan marah-marah" dia semakin menyamankan pelukan, dagunya bertumpu pada bahu Dunk, lelaki manisnya tampak nyaman-nyaman saja, Joong semakin suka "Dunk wangi sekali.."
"Karena aku sudah mandi.."
"Aku juga sudah mandi, Dunk mau menciumnya?" Di balikkanlah tubuh si manis menghadapnya, wajah yang cantik, demi apapun keindahan terpancar kuat dari sang kekasih "ckk.. indah sekali.."
"Ishh.. nanti masakannya hangus" Joong menggeleng, dia menakup wajah manis Dunk, pipi yang gembil.. dia tak berhenti tersenyum "aku ingin menciummu"
"Pop.. minggir" Dunk meletupkan tangannya di dada Joong, wajahnya mengejek "aku mau masak.."
Sudahlah, itu tak akan terjadi.. buktinya Joong lebih dulu menaikkan tubuhnya di counter table, mereka bertatapan bertukar pesan hingga sepakat memulai ciuman, Dunk meremas lembut rambut legam itu, membiarkan Joong jauh lebih dalam menelisik isi mulutnya, bertukar saliva lebih banyak.. Dunk terengah-engah, dia tertawa kecil memainkan hidung Joong
"Joong hanya mencintai Dunk"
"Humm... Baiklah, Dunk percaya" dia berusaha turun dari counter table namun tangan besar menyentuh pantatnya, pas sekali "jangan macam-macam"
"Ckk.. jika marah manisnya hilang, Dunk jadi jelek" dia berusaha meringsak masuk dalam baju kaos sang kekasih tapi lebih dulu kepalanya di pukul dengan sendok nasi
"Joong minggir.."
"Tak mau.."
Dia meneruskan kepalanya, menatap dalam gelap boba mungil berwarna pink yang sejak dulu diincarnya
"Ahh.. Joong, shia.."
"Mpphh..."
Dunk mengadahkan kepala, sial desahan itu membuatnya kaget sendiri, demi apapun tak pantas sekali melakukan ini di dapur "Joong.. minggir"
"Hia.."
Dia termangu, badannya terasa membeku, salah satu adiknya masuk di dapur bingung total menyaksikan kejadian itu, "lian.."
"Phi.. Joong kenapa?"
Joong ikut kaget, kepalanya masih berada di dalam baju, nasib buruk.. benar-benar memalukan "dia main petak umpet"
"Ahhh.. begitu yah" anak itu tersenyum, dia mendekati kompor "masak apa hari iniHia?"
"Ada daging.. sebentar lagi dihidangkan"
"Baiklah Hia.. aku mau bermain"
Dunk menghela nafas panjang, menatap gundukan di bajunya "akkhhh.. Joong, kan sudah kubilang"
Barulah wajah tanpa rasa bersalah itu nampak keluar dari bajunya "hehehe..."
"Sudah.. minggir, aku mau memasak"
.
.
.
.
."Hia.. dagingnya gosong" suara kecewa itu membuat Dunk merutuk
"Maaf yah.. tadi Hia lupa membalikkannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [Joongdunk]18+[END]
Fanfictionombak tak pernah berhenti menabrak batu karang, matahari masih terbit kemudian terbenam, namun dirinya telah tenggelam.. masih terombang-ambing dalam kisah sederhana menjadi dongeng lucu yang akan membuat orang menertawai harapannya. "Joong aku haru...