16

1.2K 117 4
                                    

Pintu mansion terbuka menimbulkan suara gaduh, nyonya Aydin yang ada di ruang tamu nampak terkejut, siluet tubuh tegap berlari buru-buru menuju tangga "Joong, apa yang terjadi?"

Namun seolah telah tuli, pria disana tak menanggapi, ada sesuatu yang harus dia cari, tiba di depan tangga kepalanya mulai berdenyut nyeri, sial... Padahal sedang buru-buru "ckk..." Dia berusaha mengimbangi jalannya, satu persatu anak tangga diinjak dengan teliti, matanya berkunang-kunang, akan repot jika dia tak sadarkan diri sebelum sampai di kamar

Keramik putih di lantai dua, indah nian puluhan bunga di ujung balkon, Joong menuntun langkahnya ke depan pintu kamar melewati pemandangan itu, kepala itu semakin sakit, saat dirinya berusaha mengingat lebih detail, nyeri kuat tak tertahankan,

Pintu kamar dibukanya, hal pertama yang dia cari adalah snow globe, yang jelas-jelas dia pegang saat melihat dirinya di foto, bukankah seharusnya benda itu ada disini?, Kata tuan Harit dia tak ingin berpisah dengan benda itu,

Tapi mengapa tak ada?, Dia memijat pelipisnya, ingin tau segala hal, dia tak sabar jika harus menunggu Dunk pulang dari kuil malam ini, dimana benda kesayangan itu? Seharusnya ada di sekitaran kamar

"Dimana sih.." diam sebentar, tubuhnya duduk diatas ranjang lembut berselimutkan sutra, matanya melirik di dekat lemari, koper ukuran sedang berwarna abu-abu, bukankah itu satu-satunya benda yang dia bawa pulang dari Belgia?

Tanpa menunggu lagi, dia membentantangkan koper di atas lantai kamar, di bukanya dengan hati-hati namun tak ada apapun didalam sana, sial.. dia makin bingung, di rogohnya lebih dalam sela-sela kantong di sisi koper, tangannya masuk mencari-cari

Bola kaca terasa menyentuh permukaan kulitnya, Joong meringsak benda itu keluar dengan paksa, kepalanya pening, sakit sekali.. dia terduduk di lantai, matanya menyiratkan kebingungan

"Dunk.." dia menerka, berusaha mengingat situasi di ujung sana, namun tiap kali sebuah peristiwa melintas dia mengerang pelan

Benda itu di genggam, di bawanya naik ke atas ranjang, dari posisi itu dia berbaring menghadap langit-langit kamar, memeluk bola kaca tiruan salju di genggaman, matanya memanas, dulu seseorang akan memeluknya dari samping.. itu teringat sedikit demi sedikit.

Kini hanya kekosongan, dia mulai mengingat satu persatu kenangan indah yang terenggut dari otaknya "apa yang dia fikirkan tentangku.." wajar jika hari itu Phuwin membentaknya, yang dia lakukan pastilah menyakiti Dunk

"Aku harus bertemu dengannya" sebelum itu dia berusaha menetralkan pikiran terlebih dahulu, agak syok dengan secuil memori yang sangat berarti, dia menghela nafasnya agar teratur,

"Joong?, Apa yang terjadi nak?" Itu sang ibu, yang baru saja muncul di pintu kamar menghampiri nya "ada apa humm?, Kenapa kamarmu berantakan?"

"Aku hanya mencari sesuatu"

Sang ibu menyergitkan dahi, mencoba mengambil snow globe dari tangannya, "Joong... Kenapa ini masih ada padamu?"

"Memangnya kenapa?"

"Ibu pikir terakhir kali benda ini tertinggal di belgia, ibu rasa perawat disana menyusupkannya"

Dia merebut bola kaca itu kembali "aku akan menyimpannya"

"Joong.. kau sudah berjanji pada ibu akan melupakan segalanya"

"Iya.. segalanya, aku sudah melupakan segalanya, hingga Dunk tidak mendapat tempat sedikit pun dalam memori ku, itu menyakitkan ibu.. kau berusaha merenggut ingatan tentang orang yang kucintai-

-Joong.. hentikan, kau bukan gay.."

Interupsi itu membuatnya terperangah, sakit sekali.. dia merasa sang ibu enggan menatap, wajahnya menyiratkan keputusasaan pada wanita itu "aku mencintainya, aku harus bagaimana?"

Snow Globe [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang