"Raen nanti malem bantuin mama buat siapin makan malam ya"
"Gue? Eh maksudnya aku"
"Iya Raen"
"Ga bisa, ga bisa masak, hancur nanti"
"Kan baru belajar Raen, bukan ikut MasterChef yang sekali gagal langsung di diskualifikasi"
"Was jokes kita sama ma, ayo temenan" ucap Raen.
"Ayo sini, tapi belajar masak dan mengurus rumah ya?"
"Eeeee kayanya ga jadi deh ma"
"Oke mama anggep setuju, nanti malem mama ajarin ya"
Papa Reon yang melihat istrinya akrab dengan Raen dengan mudah ia pun ingin meniru nya, ia memikirkan lelucon sejenak, setelah itu barulah ia memanggil Raen. "Raen" panggil papa Reon.
"Ya?"
"Kenapa ya pas saya makan gitu suka ketawa-ketawa sendiri"
"Ehh aku engga tau pa" ucap Raen.
"Karena makannya pake laugh pauk" ucap Reon dan Devran secara bersamaan.
Papa pun mengangguk dan mereka bertiga tertawa bersama sama, sedangkan Raen sedang mencerna jokes dari calon mertuanya ini.
"Paham ma?" Tanya Raen saat melihat mereka bertiga masih tertawa, bahkan Devran tertawa sampai berbaring di lantai sambil memegangi perutnya.
Mama menggeleng "jokes laki laki emang kaya gitu"
"Loh? Aku cowok kok aku gapaham?"
"Karena kamu sub"
"LOH HE?!"
"Nek paham ga?" Tanya Raen.
Raen bodoh, mana mungkin nenek paham, bahkan pendengaran nya sudah lumayan kurang.
"Oke, ayam apa yang gampang kaget?" Ucap Devran sambil bangun dari tempat nya.
"Ayam digoreng idup idup?" Jawab Raen.
"Salahh"
"Ayam diteri(y)aki" timpal Reon.
"Betulll hahahahaha"
Mereka bertiga tertawa lagi, sumpah ini jokes apaan njir? Batin Raen.
"Emang terbaik deh keluarga gue" ucap Devran dengan bangga.
"Ayo bang sekarang lo" lanjut Devran.
Raen melihat kearah Reon sambil berharap "jangan plis gue gapaham jokes kalian" namun hanya dengan tatapan.
Reon mengerti "dipikiran saya sedang tidak ada joke, karena dipikiran saya sekarang hanya ada Raen." Ucap Reon sambil tersenyum.
"Bangsattt maksud lo apaan" batin Raen saat mendengar ucapan Reon.
"Dah dah dah, selesai selesai gausah dilanjutin, bubar bubar" ucap Devran yang sudah lelah dengan sikap bucin kakaknya.
"Salting ya?" Ucap Reon sambil merengkuh pinggang Raen.
"Apaan mana ada gue salting" Raen mengalihkan pandangannya kearah lain saat pipinya mulai memanas.
"Astagaa lucunyaa" ucap Reon dengan gemas lalu memeluk Raen erat dan mengecup seluruh wajahnya.
"Ekhem kita masih disini kalau lupa" ucap papa Reon.
"Maaf pa" ucap Reon lalu melepaskan pelukannya, ia juga harus menahan dirinya agar tidak terlalu gemas dengan Raen.
Mereka semua sekarang sedang mengobrol dan bergurau, bahkan Raen sekarang sudah tidak canggung lagi, seperti nya ia menyukai keluarga Reon, dan baru kali ini ia merasa arti keluarga yang sesungguhnya. Dimana semua fokus mengobrol dan bercanda bahkan seluruh handphone di letakkan di atas meja, mereka semua tak ada yang bermain handphone saat sedang mengobrol, bukan seperti keluarga Raen dulu, ia harus bersusah payah untuk mencari perhatian agar di perhatikan, entah menggambar keluarga nya, membuat kerajinan, bahkan sampai menggores jarinya agar di pedulikan, tapi malah mama dan papanya menyuruh Raen untuk mengambil p3k sendiri, dan di paksa untuk mandiri pada saat itu Raen belum sampai kelas 4 sd. Saat usia segitu ia sangat ingin mendapat perhatian seperti yang sering diceritakan oleh tetangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher | ReonRaen
Teen FictionApa jadinya jika seorang Raen sang preman sekolah di pertemukan dengan guru baru? dan guru baru itu lumayan gila kata Raen. penasaran? silahkan baca