[SEGERA TERBIT]
Bisa berada satu kampus dengan Bisma-mantan kekasihnya saat SMA-saja, sudah membuat Dara merasa dunia ini begitu sempit. Terasa makin sempit ketika Dara dan Bisma berada dalam satu kelompok untuk pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata. Selam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Peralatannya udah siap, Ra?” tanya Bisma yang baru saja datang ke posko.
Di tengah rumah ada Dara yang sedang memasukkan beberapa peralatan ke dalam kardus. Hari ini mereka akan mengadakan eksperimen roket sederhana dengan beberapa anak yang sering bermain di lapangan. Hitung-hitung bermain sambil belajar.
“Udah,” jawab Dara sekenanya. Bahkan ia sama sekali tidak melihat ke arah Bisma.
Sejak perbincangan dengan Nadin soal beras kencur saat itu, Dara sudah benar-benar bertekad untuk menjaga jarak dan berbicara seperlunya saja dengan Bisma. Ia khawatir selain tekadnya untuk tidak terbawa perasaan itu hancur, ia juga takut kalau sewaktu-waktu bisa menyakiti Nadin karena kedekatannya dengan Bisma. Ya, walaupun sebenarnya sampai detik ini tidak ada satu pun dari mereka para penghuni posko yang mengetahui hubungan Dara dan Bisma di masa lalu. Namun tetap saja, Dara mengkhawatirkan hal itu.
“Baru balik, Bis? Dari mana aja?” Aksa baru saja datang dengan membawa sebuah alat pompa yang ia pinjam dari Pak Dasa.
“Saya abis anter Nadin ke Posyandu, Sa. Tadi dia ditinggal sama anak-anak soalnya kesiangan. Biasalah, Nadin suka lama kalau dandan. Jadi, dia minta tolong saya buat anter, soalnya nggak berani kalau jalan sendiri ke sana. Malu katanya,” jelas Bisma panjang lebar.
Omong-omong soal Bisma, memar di kakinya sudah membaik karena kompresan beras kencur saat itu. Ia sudah bisa melakukan aktivitas tanpa kendala. Hanya tersisa bekas luka yang masih belum kering seratus persen.
Aksa menganggukkan kepala. Ia mengerti perihal kebiasaan Nadin yang satu itu. Wajar kalau dia ditinggal sama teman-teman yang lain. Untuk mandi saja, Nadin bisa menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, belum lagi ditambah dengan dandan. Kalau ditotal mungkin bisa lebih dari satu jam. Bukan durasi yang cocok untuk ditunggu.
“Maaf, ya, jadinya saya nggak bantu apa-apa buat persiapan di sini,” lanjut Bisma setelahnya. Ia merasa tidak enak karena terpaksa meninggalkan tugasnya dan memilih untuk mengantarkan Nadin.
“Santai aja sih, Bis. Lagian nggak tega juga, kan, kalau pacarmu jalan sendirian. Bisa-bisa digaet sama pemuda-pemuda di sini. Iya, kan, Ra?” sahut Aksa dan mengangkat kedua alisnya ke arah Dara.
Dara hanya menganggukkan kepala dengan senyum tipis di wajahnya. Sementara Bisma meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Engg—”
Belum selesai Bisma menyelesaikan kata-katanya, Naya menginterupsi dari luar rumah.
Naya bertugas untuk mengumpulkan anak-anak di lapang untuk ikut program bermain sambil belajar ala mereka. Jika Naya sudah kembali ke posko, berarti ini saatnya bagi yang lain untuk segera bergegas ke lapangan. Beruntungnya semua persiapan sudah rampung.