"Apapun yang kamu pikirkan sekarang, saya cuma mau kamu tau kalau saya sudah baik-baik saja bersama kamu."
— Semesta Agapito Galaxa****
"Gimana, enak?" tanya Djiwa menunggu jawaban Semesta dengan semangat.
"Enak. Resep baru?" tanya Semesta balik.
"Iya. Tadi lihat di tik tok." Djiwa tersenyum melihat Semesta makan dengan lahap.
"Enak banget, tapi pedas banget juga."
"Mas suka pedas, jadi saya bikin pedas."
Semesta mengangguk. "Kalau untuk saya ini standar, tapi untuk kamu enggak. Jangan di makan ya, kasihan perutnya, gak baik juga makan pedas banyak-banyak."
Djiwa tersenyum. "Makanya saya buat porsi sedikit, jadi untuk sekali makan aja."
Semesta mengambil sayur dan meletakkannya di piring Djiwa. "Makan sayur banyak-banyak."
"Nanti saya jadi hijau, mas," kata Djiwa membuat Semesta tertawa.
"Kalau gitu saya jadi merah dong karena makan sambal," balas Semesta membuat Djiwa ikut tertawa.
Malam ini terasa begitu hangat, Semesta sengaja pulang lebih awal untuk makan malam bersama Djiwa.
Semakin lama, Semesta semakin ingin selalu berada di sisi Djiwa. Apalagi kandungan Djiwa yang sudah semakin besar. Rasanya Semesta semakin bersemangat, ia semakin tidak sabar menunggu kelahiran anaknya.
"Kenapa malah ngeliatin saya. Makan, mas," tegur Djiwa ketika Semesta asik menatapnya.
"Ngeliat kamu udah bikin saya kenyang," ujar Semesta membuat Djiwa terdiam geli.
"Kok geli ya," gumam Djiwa.
"Geli apa? Saya serius. Kamu tau apa persamaan cinta saya dengan kartu hitam yang ada di dompet saya?"
"Apa?"
"Gak terbatas," jawab Semesta menaik-turunkan alisnya.
Djiwa menutup mulutnya menahan senyum, perutnya seakan tergelitik.
"Saya kayak familiar sama kata-kata itu," ujar Djiwa. "Kok kayak dialog drama yang saya tonton tadi?"
Semesta mengangguk polos. "Hebat kan saya bisa hapal subtitle drama seminar proposal kamu itu."
"Business proposal, mas. Bukan seminar proposal. Di kira skripsian apa?" koreksi Djiwa.
"Intinya itu. Saya udah mirip pemeran utamanya, kan? Ganteng, CEO, perhatian, cinta banget sama kamu," ujar Semesta makin nyeleneh.
Djiwa sudah ampun dengan tingkah Semesta, ia menyuap Semesta secara paksa untuk menghentikan celotehan suaminya yang semakin melantur.
"Mas mau makan buah?" tanya Djiwa setelah menyelesaikan makannya.
"Boleh. Tolong ambilin anggur ya, saya cuci piring dulu," ujar Semesta mengangkat piring-piring kotor ke dapur.
Djiwa menuju kulkas dan mengambil buah yang sudah siap di makan karena sebelum di simpan Djiwa selalu mencuci semua buah-buahan.
Kemudian ia bersandar di dapur untuk melihat Semesta yang mencuci piring.
"Sabunnya jangan banyak-banyak ya, nanti piringnya jadi licin," kata Djiwa.
"Iya, bu," kata Semesta membuat Djiwa tertawa geli.
Karena tidak banyak piring kotor, Semesta pun tidak memerlukan waktu yang lama. Kemudian ia segera menghampiri Djiwa di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DJIWA SEMESTA
General FictionJika kamu mencintai sesuatu, maka lindungi. Itu yang paling alami di dunia. "Saya bahagia kamu terlahir di bumi." -Semesta Agapito Galaxa "Tidak perlu judul lain. Saya ingin kisah ini hanya kamu dan saya tokoh utamanya." -Angkasa Djiwa Pitaloka