"Untuk Semesta, dia terlalu banyak kehilangan. Sekarang, biarkan dia bahagia bersama semestanya."
— Abimana Antasena****
Genap satu hari Djiwa tidak juga di temukan, dari barang bukti yang di temukan dan hasil DNA dari darah yang menempel disana, polisi menyatakan jika darah tersebut benar darah milik Djiwa.
Pencarian masih di lakukan, bahkan polisi bekerjasama dengan tim sar untuk menyusuri sungai guna mencari Djiwa. Bahkan mobil yang ada di pinggir jalan pun sudah di selidiki namun tidak ada bukti kepemilikan bahkan tidak ada bukti sidik jari siapapun kecuali Djiwa.
Semesta semakin menggila, ia tak berhenti menangis setiap kali mengingat istrinya. Bahkan teman-temannya saja sampai menginap di rumahnya untuk menemani Semesta.
Seperti sekarang, tidak ada yang pergi bekerja kecuali Arka yang sedang mencari Djiwa, bahkan mereka yang bekerja di rumah sakit memilih untuk bertukar shift dengan rekannya.
"Makan dulu, mas," ucap Yasa membawa sepiring nasi goreng buatan Pram. Tapi Semesta bahkan tidak menanggapi keberadaan Yasa dan tetap melamun.
"Mas Esta," panggil Chandra lembut. "Makan dulu, mas."
"Gak lapar."
"Tapi mas Esta belum makan dari kemarin."
"Djiwa juga belum makan dari kemarin," ujar Semesta kemudian menatap Chandra dengan mata berkaca-kaca. "Gimana bisa gue makan sedangkan istri gue aja gak tau ada dimana dan gimana keadaannya." Dada Semesta naik turun menandakan ia menahan emosi dan air mata.
Yasa menyerah, ia meninggalkan Semesta dan Chandra di teras dan memilih bergabung dengan yang lain di ruang makan.
"Dia makan?" tanya Mahesa.
Yasa langsung menggeleng dan menggerutu, "Sumpah demi apapun, gue gak bisa lihat mas Esta begini. Kenapa kita gak bisa temui Djiwa sih? Kenapa kita bisa kecolongan kayak gini?"
"Gak ada yang tau bakal begini," ucap Narendra. "Lo makan juga, habis ini kita pikirin lagi kelanjutan kasus ini."
Bagas dan Abi hanya diam, mereka makan dengan mata yang sayu sebab mereka berjaga semalaman karena takut Semesta tiba-tiba pergi atau melakukan hal berbahaya.
"Bang Abi! Kan diantara kita semua, lo yang paling sering ngobrol dan dekat sama Djiwa. Apa selama ini dia gak pernah cerita soal kejadian yang menjurus ke kasus ini?" tanya Nata.
Abi menggeleng. "Hal yang paling sering kita obrolin itu ya soal Raline yang gatel sama Esta yang bucin."
"Tapi kalian yakin gak sih kalau Raline gak tau apapun?" tanya Satria. "Semalam Esta cerita kan kalau dia habis dari rumah Raline? Dari jawaban Raline, gue ngerasa tu cewek ada sembunyikan sesuatu deh."
"Emang Raline ngomong apa?" tanya Jayendra.
"Ck, makanya kalau orang lagi cerita gak usah ngalor ngidul nyari curut di got depan," ketus Satria menempeleng kepala Jayendra. "Esta bilang kalau Raline langsung tau kalau Esta mau nuduh dia padahal Esta baru hilang kalau Djiwa hilang."
"Seakan-akan dia tau kalau dia bakal di salahin padahal belum tentu Esta nyalahin dia," sambung Satria.
"Terus dia juga bilang kalau itu karma Djiwa karena udah rebut mas Esta," tambah Nata. "Gila gak sih? Bisa-bisanya dia ngomong gitu ke orang yang lagi kena musibah."
"Padahal yang ninggalin mas Esta kan dia," ketus Yasa terlihat dendam.
"Sumpah. Dari hasil analisis gue, si Raline sembunyiin sesuatu," kata Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
DJIWA SEMESTA
General FictionJika kamu mencintai sesuatu, maka lindungi. Itu yang paling alami di dunia. "Saya bahagia kamu terlahir di bumi." -Semesta Agapito Galaxa "Tidak perlu judul lain. Saya ingin kisah ini hanya kamu dan saya tokoh utamanya." -Angkasa Djiwa Pitaloka