11 | KEMBALIKAN DJIWA SAYA

490 84 18
                                    

"Apa benar, pertemuan adalah langkah awal untuk sebuah perpisahan?"
— Semesta Agapito Galaxa

****

Hujan turun dengan sangat deras, Djiwa hanya bisa berdiam diri sembari memandangi air yang membasahi jendela kaca rumah. Di temani teh hangat yang ia seduh dua menit yang lalu, sembari mengusap lembut perutnya, Djiwa meringis ketika merasakan pergerakan dari dalam perutnya.

"Ayah kok belum pulang ya, sayang?" ucap Djiwa pelan.

Tiga puluh menit yang lalu Semesta mengirim pesan jika ia akan pulang, namun sampai sekarang belum sampai di rumah. Hal itu membuat Djiwa sedikit khawatir, apalagi hujan deras yang turun saat ini.

Namun sepertinya rasa khawatir Djiwa hilang seketika, mobil Semesta sudah terlihat di depan rumah. Dengan segera ia membuka pintu tanpa rasa curiga, namun langkahnya terhenti ketika orang yang turun bukanlah Semesta.

"Hai."

****

Sementara di jalan, Semesta sedang meniti jalan dengan hati-hati karena hujan yang sangat deras membuatnya kesulitan. Berkali-kali Semesta memperbaiki letak kacamatanya seakan itu bisa membantu penglihatannya lebih baik lagi.

Ckiiiitttt

"Astaghfirullahaladzim."

Hampir saja Semesta menyenggol sebuah motor yang hendak menepi untuk berteduh, setelah memastikan semuanya baik-baik saja, Semesta kembali melanjutkan perjalanan.

Ketika sampai di rumah, Semesta menatap pintu yang terbuka lebar, tanpa basa-basi ia turun.

"Sayang!"

Panggilan itu tidak mendapat jawaban, pandangannya terarah ke arah secangkir teh yang masih hangat.

"Djiwa! Kamu dimana?"

Kamar kosong. Semesta mulai panik dan mengecek ke segala penjuru rumah namun tidak ada hasil. Semesta hampir kehilangan akalnya saat ponsel Djiwa yang berkali-kali ia hubungi berada di sofa.

Satu-satunya jawaban adalah cctv. Langkah lebarnya membawa ia ke ruang kerjanya, namun Semesta kembali di kejutkan dengan keadaan rekaman yang rusak.

"DJIWAAA!!!"

Suara itu menggelegar.

Semesta berlari keluar dan berteriak keras.

"DJIWAAA!!!"

Meski suara itu hilang di redam hujan, namun Semesta kembali meneriakkan nama istrinya.

"Astaghfirullah Ya Allah! Djiwa kamu dimana?" ucap Semesta menahan tangis.

"SAKTI!!"

"SAKTI!!!"

Basah kuyup Semesta berlari ke rumah Sakti namun tidak ada jawaban, Semesta beralih ke rumah Satria namun rumah itu juga kosong. Semesta sampai tidak mengingat jika teman-temannya sedang bekerja.

Ia kembali ke rumah, mengambil ponselnya dan menelpon siapapun yang bisa di hubungi.

"Halo?"

"Bang.. Djiwa hilang," isak Semesta.

Tidak ada jawaban dari sebrang sana namun Semesta bisa mendengar suara keributan hingga tanggapan terdengar.

"Tunggu di rumah, gue pulang."

"Jangan ceroboh, Ta, tunggu abang pulang."

Semesta berlari ke pos depan, bahkan meski jaraknya cukup jauh jika di tempuh dengan jalan kaki, namun Semesta tidak peduli.

DJIWA SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang