05 | MASA LALU

1.1K 129 42
                                    

"Semoga masa lalu gak datang untuk jadi penghancur."
— Angkasa Djiwa Pitaloka

****

Seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang sedang di alami Djiwa.

Sudah lutut tertabrak sudut meja, sekarang ia harus merasakan gigitan Nurul, si kucing oren yang bar-bar. Beruntung ada Semesta yang sigap menangkap Nurul dan membawanya ke kandang.

"Kamu saya hukum. Gak boleh keluar kandang hari ini," ujar Semesta menunjuk Nurul yang sibuk mengeong.

Lalu Semesta mengambil air untuk Djiwa.

"Sini," panggil Semesta mengambil kelingking Djiwa dan mencucinya.

"Nurul sensi banget sih, mas. Bunting ya dia?" ketus Djiwa dengan wajah cemberut.

"Ya mana saya tau, Djiwa. Lagian kamu apain si Nurul sampai di gigit?" tanya Semesta mengeringkan kelingking Djiwa.

"Ya mana saya tau," balas Djiwa sewot.

Semesta tersenyum, ia menempelkan hansaplast di kelingking Djiwa lalu menarik Djiwa untuk bersandar di dadanya.

"Jangan ngambek," ucap Semesta penuh kelembutan.

Djiwa mencebik kesal, ia memperhatikan jari kelingkingnya dengan wajah tak bersemangat.

"Sakit," rengeknya pada Semesta.

"Fyuuuh."

Semesta meniup kelingking Djiwa berharap lukanya segera sembuh.

"Cepat sembuh ya, jari. Jangan sakit, nanti istri saya kesakitan," ucap Semesta mengundang tawa Djiwa.

"Kenapa ketawa?"

"Pengen aja," jawab Djiwa.

Semesta meletakkan dagunya di puncak kepala Djiwa dan memejamkan mata. Ia sedang ingin bermesraan untuk membalas waktu kurangnya beberapa hari yang lalu.

Waktu itu Semesta terserang panas tinggi namun Djiwa juga sedang dalam kondisi hati yang tidak baik.

Djiwa yang sedang merasakan morning sickness dan Semesta yang rewel membuat keduanya terlibat perdebatan, apalagi Semesta yang selalu saja membuat Djiwa kesal karena selalu bermain game tanpa tahu waktu istirahat. Saat Semesta terserang demam, Djiwa juga sudah kepalang kesal.

Semenjak itu, komputer Semesta tidak pernah hidup selain untuk bekerja. Ia takut Djiwa kembali marah dan mengabaikannya. Meski sebenarnya Djiwa tetap peduli, namun di selingi ocehan.

"Perut kamu mulai buncit," ucap Semesta mengelus perut Djiwa.

"Nanti kalau udah besar, saya pasti kelihatan gendut dan jelek," ujar Djiwa.

"Kok ngomong gitu?"

"Ya karena biasanya badan ibu hamil bakal membesar kayak karung."

Semesta mengernyitkan dahinya. "Namanya juga lagi hamil, kan kamu bawa anak di dalam perut. Berat badan bertambah itu bukan masalah besar, yang penting kamu sehat dan melahirkan dengan lancar."

Djiwa melirik Semesta lamat. "Nanti mas Esta malu punya istri gendut terus cari yang baru."

"Mulutnya," tegur Semesta menyentil bibir Djiwa. "Saya gak tertarik dan gak akan tertarik dengan perempuan lain, Djiwa. Saya nikahin kamu bukan untuk jadi alat pencetak anak. Kamu saya jadikan pendamping hidup saya sampai akhir hayat. Apapun kekurangan kamu, saya terima dengan ikhlas."

"Dan saya mau kamu pun sama menerima semua kekurangan saya," tambah Semesta.

Senyum Djiwa mengembang. "Makasih, mas."

DJIWA SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang