"Tidak perlu judul lain. Saya ingin kisah ini hanya kamu dan saya tokoh utamanya."
— Angkasa Djiwa Pitaloka****
Satu bulan hidup bersama Semesta adalah hal baru yang Djiwa senangi. Semesta sangat unik, terkadang sangat dewasa, kadang juga bersikap seperti anak kecil.
Namun, Djiwa juga sering merasa lelah. Djiwa adalah anak tunggal yang di manja oleh kedua orang tuanya, setelah menikah, ia menjadi istri dan ibu rumah tangga yang sangat tabu untuknya.
Djiwa harus menyiapkan segala sesuatu di rumah, harus bisa mengurus rumah dan juga Semesta. Beruntung, kadang Semesta juga membantu Djiwa jika ia pulang dari kantor.
Seperti sekarang, Semesta sedang menyiapkan makan malam karena Djiwa sudah tidur setelah sholat magrib.
"Djiwa, nasi goreng pake micin, gak?" tanya Semesta pada angin, karena Djiwa sedang di kamar.
"Oh, pake aja lah," ucap Semesta lagi pada dirinya sendiri.
"Djiwa, ini gorengnya pake minyak atau enggak?"
"Pake sih harusnya, kan namanya nasi goreng. Kalau nasi rebus baru pake air."
Seperti orang gila Semesta berbicara sendiri di dapur, sementara Djiwa yang terbangun tiba-tiba pun langsung turun karena mendengar keributan di dapur.
"Bau gosong apaan nih?" pekik Djiwa berlari ke dapur.
"Ini udah mateng dong, ya? Kan udah berubah warna," ucap Semesta yang baru mematikan kompor.
"Astagfirullah mas Estaaaa!!!"
"Astagfirullah Djiwa, kaget saya," ucap Semesta berbalik dengan wajah tidak ramah.
"Mas esta ngapain?" tanya Djiwa.
"Buat nasi goreng. Ambil piring sana, ini udah mateng."
Djiwa melihat nasi yang ada di wajan, nasi putih yang berubah warna menjadi kemerahan namun bukan karena kecap, tapi karena gosong.
"Nasi goreng apa ini, mas? Ini nasi gosong," ketus Djiwa frustrasi.
"Masa?" gumam Semesta tanpa rasa bersalah. "Ya udah lah makan aja, mubazir."
"Makan sendiri," ujar Djiwa mendelikkan matanya. "Kenapa gak bangunin saya sih?"
"Kamu tidur."
"Ya di bangunin, mas."
"Kamu kelihatan capek, saya gak tega. Gak apa-apa, ini masih bisa di makan," ucap Semesta mencoba nasi buatannya tapi detik itu juga ia muntahkan.
"Astagfirullah, gak enak," ucap Semesta membuat Djiwa tertawa.
"Kadang gemesin banget," ucap Djiwa menjepit pipi Semesta hingga bibirnya mengerucut.
"Saya sudah capek-capek buat ini," ucap Semesta lemas.
Djiwa tertawa lagi, karena gemas ia mengecup bibir Semesta sebelum mendorongnya untuk menjauh dari dapur.
"Untung dapur saya gak mas ledakin," ucap Djiwa mengeluarkan dua bungkus mie instan dan dua butir telur.
"Jadi usaha saya siapin makan malam untuk kamu sia-sia?" tanya Semesta memeluk pinggang Djiwa dan meletakkan kepalanya di bahu istrinya.
"Usahanya saya apresiasi, tapi masakannya gak bisa di apa-apain selain di buang, maaf ya," ucap Djiwa tersenyum sembari menghidupkan kembali kompor.
"Saya udah buka google untuk cari resep," kata Semesta masih setia memeluk Djiwa dari belakang.
"Besok kita buat ulang, nanti saya ajarin," ucap Djiwa. "Mas tunggu di meja makan aja, saya gak bisa gerak kalau begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
DJIWA SEMESTA
General FictionJika kamu mencintai sesuatu, maka lindungi. Itu yang paling alami di dunia. "Saya bahagia kamu terlahir di bumi." -Semesta Agapito Galaxa "Tidak perlu judul lain. Saya ingin kisah ini hanya kamu dan saya tokoh utamanya." -Angkasa Djiwa Pitaloka