"Ayah adalah dia yang jika kamu meminta satu bintang di langit, maka dia akan membawakanmu langitnya."
— Semesta Agapito Galaxa****
Hari pernikahan Bagas berjalan dengan lancar, meski Djiwa tidak datang, namun ada Semesta yang setia menemani dan membantu di lokasi.
Semua anggota Jacaranda hadir dan cukup menarik perhatian semua tamu undangan, bahkan hari itu para tamu undangan lebih banyak membicarakan mereka di banding kelangsungan acaranya.
Semesta saja beberapa kali di sapa oleh tamu perempuan, bahkan ada beberapa orang tua yang bertanya apakah ia sudah menikah atau belum. Untuk menjawab semua pertanyaan, Semesta membawa nama Aruna, 'saya sudah punya anak'.
Terlepas dari itu semua, hari ini benar-benar menjadi hari yang membahagiakan. Akhirnya anggota tertua sekaligus ketua dari Jacaranda resmi menikah, dan kini mereka kehilangan satu anggota bujangan lagi.
Karena acara sudah selesai, Semesta pulang dengan wajah lesu. Tubuhnya benar-benar lelah, ia merasa gerah dan ingin cepat-cepat mandi.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam," jawab Djiwa yang sedang menggendong Aruna di ruang keluarga.
Semesta melambaikan tangannya pada Aruna namun tidak menyentuhnya, ia beralih mengecup kening Djiwa lalu masuk ke kamar untuk mandi. Setelah mandi, Semesta kembali ke bawah dan menghampiri istri dan anaknya.
"Gimana acaranya?" tanya Djiwa.
"Rame banget. Bagas bilang gak ngundang banyak orang, nyatanya tamu yang datang banyak banget."
"Kok bisa? Tapi acara aman, kan? Makanannya gimana, cukup?"
"Cukup. Ternyata emang Mamahnya buat undangan tambahan."
"Oalah. Terus Bang Bagas langsung ke sini atau gimana?"
"Katanya malam ini bakal di rumah istrinya dulu."
Semesta menjatuhkan kepalanya di bahu Djiwa, sementara tangannya memainkan kaki Aruna yang sedang menyusu. Dengan jahil Semesta melepas kaus kaki Aruna dan memainkan jari kaki Aruna yang sangat kecil.
"Kapan besarnya sih, Nak?" gumam Semesta.
"Ya gak mungkin langsung besar lah, Mas. Aneh-aneh aja."
"Gak sabar saya."
"Nikmati prosesnya. Ini pertama kali untuk kita, saya gak mau momen ini cepat habis," ujar Djiwa memperhatikan jari telunjuknya yang di genggaman erat oleh Aruna.
"Gimana ya nanti kalau Aruna udah bisa ngomong? Atau kalau dia udah bisa jalan? Saya mau kita jadi yang pertama melihat momen itu," kata Semesta tersenyum manis.
"Ternyata gak mudah ya ngurus anak bayi," ucap Djiwa sangat pelan. "Dulu ngeliat orang punya bayi tuh suka gemes terus pengen punya juga, tapi ternyata ngerawat bayi gak semudah yang kita lihat. Saya bersyukur di jauhkan dari baby blues, takut banget kalau sampai itu terjadi di saya."
"Baby blues?" beo Semesta.
"Kondisi ibu muda yang punya gangguan suasana hati atau psikologis setelah melahirkan, sering merasa takut dan benci sama anaknya, sebenarnya ada macam-macam, tapi yang saya tau, seorang ibu bisa gak suka ngeliat anaknya sendiri dan berakhir stres. Mungkin karena dia kurang siap untuk menjadi ibu atau tekanan dari sekitar yang dia dapatkan."
"Maka dari itu saya selalu pastiin kamu baik-baik aja, Djiwa. Saya takut banget kalau kamu stres, saya mungkin gak bisa ngerasain apa yang kamu rasa, tapi dari lihat gimana lelahnya kamu sampai harus begadang, saya jadi kasihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DJIWA SEMESTA
General FictionJika kamu mencintai sesuatu, maka lindungi. Itu yang paling alami di dunia. "Saya bahagia kamu terlahir di bumi." -Semesta Agapito Galaxa "Tidak perlu judul lain. Saya ingin kisah ini hanya kamu dan saya tokoh utamanya." -Angkasa Djiwa Pitaloka