10 | MASALAH APA LAGI?

648 97 17
                                    

"Jangan mimpi indah, tidur saja yang nyenyak."
— Semesta Agapito Galaxa

****

"Kotak bekalnya jangan sampai ketinggalan lho, mas, terus makanannya di habisin."

Semesta mengangguk, ia sibuk menghabiskan sarapannya sedangkan Djiwa menyiapkan bekal makan siang untuknya.

"Kalau gak habis makanan sisanya di buang, jangan di biarin gitu aja. Tapi kalau bisa ya di habisin, saya gak siapin banyak nasi kok."

Semesta mengangguk lagi.

"Melisa bilang hari ini ada meeting penting sama klien, sebelum rapat bekalnya di makan dulu "

Semesta kembali mengangguk.

"Denger gak sih, mas? Ngangguk-ngangguk doang," ketus Djiwa menatap kesal Semesta.

"Dengar, sayang," ucap Semesta tersenyum dengan mulut yang penuh.

Djiwa mendelikkan matanya kemudian menghampiri Semesta. "Kok pake dasi yang ini? Kan udah saya siapin yang satunya."

"Kan sama-sama hitam."

"Tapi yang saya siapin tuh ada benang emasnya lho, mas, lebih bagus."

"Sama aja, sayang."

"Ih, capek dong saya setrika subuh-subuh."

Mendengar keluhan Djiwa membuat Semesta tak enak hati. "Iya, saya ganti," ucapnya lalu berlari ke atas untuk mengambil dasi yang baru.

Djiwa menunggu Semesta di bawah, ketika suaminya datang dan langsung menyodorkan dasi tersebut, sontak Djiwa memakaikan dasi itu ke leher Semesta.

"Mas pakai parfum saya?" tanya Djiwa mengendus dasi tersebut.

"Iya," jawab Semesta tercengir. "Saya semprot di sini," katanya sembari menunjuk dasinya.

"Buat apa coba? Parfum mas habis ya?"

"Masih banyak, cuma saya suka kangen kamu. Kan nanti kalau tiba-tiba kangen saya bisa cium parfum kamu dulu," ucap Semesta meletakkan tangannya di pinggang Djiwa.

"Dih, alay banget, padahal di rumah ketemu terus," balas Djiwa tertawa.

"Beda tau. Kalau di kantor kan saya kerja, terus capek, jadi butuh semangat dari istri."

Djiwa merasa ucapan Semesta mengandung sindiran karena memang Djiwa sangat jarang menemani Semesta kerja, apalagi semenjak hamil Djiwa selalu di rumah.

Di tariknya tengkuk Semesta dan mengecup bibir suaminya itu. "Tuh saya kasih semangat."

Semesta menggeleng. "Kurang," katanya lalu mengerucutkan bibirnya kembali.

Djiwa tertawa geli namun kembali mengecup bibir suaminya beberapa saat, Semesta pun tidak melepaskan bibir Djiwa dengan cepat, ia memperdalam ciumannya hingga elusan lembut di pipinya menyadarkan.

"Nanti terlambat," kata Djiwa tersenyum dan mengelap bibir Semesta yang merah akibat lipstiknya.

"Saya berangkat dulu," ucap Semesta lalu berlutut di depan perut Djiwa. "Ayah kerja dulu ya, nak, tolong jaga ibu."

"Iya, ayah," jawab Djiwa mengeluarkan suara seperti anak kecil.

****

Aktivitas di kantor selalu seperti itu, memeriksa berkas-berkas, menandatangani berkas-berkas, lalu meeting dengan klien.

Kali ini Semesta benar-benar di buat pusing dengan meeting penting yang hampir berantakan, masih tidak percaya jika karyawannya salah menayangkan PPT dan Melisa pun melakukan kesalahan dalam menyiapkan berkas.

DJIWA SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang