1. Memory

4.4K 150 39
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.


Hah...

Hahh...

Haahh...

Haahhhh...

Hahahahaha....

Akhirnya aku lolos.
Penjaga sekolah yang gendut itu sudah pasti tidak akan menangkapku, hahahaa.
.
.

Brakk!!

"Ibu capek setiap hari kau selalu bikin ulah! Kemarin berkelahi, sekarang membolos ... Besok apa lagi? Membunuh orang?"

"Diana cukup! Tidak pantas kau berbicara seperti itu di depan anakmu! Dia masih remaja, jadi wajar saja kalau dia juga bandel seperti anak-anak lainnya. Kalau kita membimbing dia dengan baik, dia pasti akan mengerti."

"Kau selalu saja membelanya, Bob. Dia akan terus menjadi anak nakal karena kau sangat memanjakannya. Kau urus saja anakmu sendiri!"

Ceklek ... Brakk!!
.

"Tsk wanita itu ...."
"Kemarilah Sayang, Ayah tidak akan memarahimu."

"Ayaahhh ...."

"Ya ya sudah, tidak apa-apa Ibu mu mungkin sedang dalam mood yang buruk."

"Hmmm."

"Coba ceritakan pelan-pelan, kenapa kau sampai membolos? Ayah tidak marah, Ayah hanya ingin tau apa yang membuat putri cantik Ayah menjadi anak nakal sekarang, hm?"

***

Namaku Wendy. Saat itu aku berusia 15 tahun dan sudah duduk di bangku SMA, tetapi Ayahku sangat memanjakanku seperti anak kecil. Dan yang marah-marah tadi adalah Ibuku. Dia seorang wanita workaholic yang sibuk dan jarang ada di rumah. Sebenarnya Ayahku ku juga bekerja dan memiliki beberapa perusahaannya sendiri, tapi dia selalu meluangkan waktunya untukku. Dan aku adalah putri mereka satu-satunya.

Keluargaku sangat kaya namun juga berantakan. Ayahku berusia 30 tahunan saat menikahi ibuku yang kala itu baru berusia 16 tahun. Mungkin perbedaan usia itulah yang membuat mereka sering bertengkar bahkan sejak aku duduk di sekolah dasar.

Hal tersebut dikarenakan keinginan kuat ibuku untuk menebus kebahagiaan masa-masa mudanya yang belum sempat ia rasakan. Ayahku selalu memperingatkan posisinya yang sudah menjadi seorang ibu, tetapi dia selalu merasa ayah membatasinya. Akhirnya mereka jadi sering bertengkar dan ibuku sering kabur dari rumah.

Awalnya kukira hal itu hanya akan berlangsung beberapa lama saja, tapi ternyata keadaannya tidak berubah sampai aku beranjak remaja. Ayahku sangat sabar dan selalu mengalah, mungkin karena dia sudah terlalu lelah menghadapi watak ibuku yang keras kepala. Hingga suatu hari ....
.
.

"A Ayah!"

Aku yang saat itu sedang bersama ibuku untuk mampir di sebuah restoran setelah menemaninya berbelanja, tanpa sengaja melihat Ayahku yang juga berada di restoran yang sama. Pertemuan yang sangat tidak terduga, tapi mungkin ini juga merupakan takdir.

Ibuku mengikuti arah pandanganku. 'Tidak, ibu tidak boleh melihatnya.' Aku langsung bergerak dan menangkup pipi ibuku dengan berani. Hal itu membuatnya terkejut sekaligus marah.

"Kenapa kau melakukan ini? Dimana ayahmu?"

"I ibu aku hanya salah orang, jangan hiraukan. Itu bukan Ayah."
.

Tapi ibuku bukan anak balita yang mudah dibohongi. Dia menepis tanganku dan kembali mengarahkan padangannya ke tempat ayahku berada. Aku bisa melihat wajah ibu yang menegang menahan amarah.

VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang