10. Responsibility

510 72 17
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.

Sekarang aku termenung sendirian disini. Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Vodka keluar dari ruangan dan belum kembali. Apa dia marah? Tapi kenapa dia marah padaku? Bukankah tadi dia hanya berkelahi dengan Luz?

Sudah hampir 30 menit dia tidak kembali juga. Aku menghubungi ponselnya tetapi tidak menerima respon sama sekali. Kemana dia? Sepertinya aku harus menyusulnya.

Aku beranjak turun dari ranjang dan berjalan perlahan sambil mendorong tiang infus yang sekaligus kugunakan sebagai penopang tubuhku. Langkahku tertatih karena tubuhku masih lemas, mungkin ini juga efek karena terlalu lama berbaring.

Ketika sudah keluar kamar, aku menanyakan keberadaan Vodka pada beberapa petugas yang ku jumpai di koridor. Dan menurut informasi dari salah seorang perawat, dia melihat Vodka sedang ada di balkon. Mendengar itu aku segera menyusulnya, dan benar saja. Dia sedang berdiri sambil bersandar pada pagar pembatas. Dia juga sudah mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian kasual.
.

"Hay, sedang apa kau disini?"

"Phi Wine, kenapa kau keluar kamar?"

"Aku mencarimu. Aku kesepian karena kau meninggalkanku"

Vodka segera membimbingku untuk duduk pada bangku panjang yang ada di sana.

"Kau seharusnya jangan keluar kamar dulu, di rumah sakit banyak virus yang bertebaran"

"Aku kan tidak sakit parah, Vodka"

"Tetap saja, imun mu saat ini sedang menurun. Selepas keluar dari rumah sakit, kau harus banyak berolah raga"

"Apa? Ohh Tuhaann jangan lagi, aku tidak mau"

"Phi Winee.."

"Ya ya baiklah"
.

Huh, aku sangat tidak menyukai aktifitas yang melelahkan seperti itu. Akan banyak keringat yang keluar dan itu pasti menimbulkan aroma yang tidak sedap. Selain itu, terlalu banyak terpapar sinar matahari juga bisa membuat kulit jadi gelap.

Vodka meraih telapak tanganku dan mulai memberi pijatan-pijatan lembut disana. Aku memperhatikan penampilannya yang terasa sedikit tidak biasa bagiku.

"Kenapa kau terus melihatku? Apa ada yang salah dengan wajahku?"

"Tidak, kau tetap cantik. Hanya saja aku belum terbiasa dengan penampilanmu. Kau seperti menggabungkan Bella dan Vodka tanpa rambut palsumu itu"

"Phi Wine lebih suka yang bagaimana? Aku berambut panjang atau aku berambut pendek?"

"Hmm pilihan yang sulit, karena aku menyukai keduanya. Tetapi kalau harus memilih satu, kau dengan rambut pendek adalah yang terkeren"

"Baik. Nanti aku akan memotong rambutku"

"Hah? Kau serius?"

"Ya. Karena kau pasti menyukainya"

"Apa kau melakukannya karena aku menyukainya?"

"Hu um"

Aku merasakan kedua pipiku panas seketika. Untungnya Vodka masih fokus dengan tanganku jadi dia tidak memperhatikan perubahanku yang salah tingkah. Aku buru-buru memalingkan muka sebelum dia menyadarinya.
.

"Ekhm, Vodka. Kalau boleh aku tau, kenapa waktu itu kau datang ke gelanggang dengan masker dan rambut palsu? Maksudku, mengapa kau harus bersembunyi dari orang-orang?"

"Hanya untuk berjaga-jaga, karena aku yakin setelah aku menghajar orang-orang disana, akan banyak dari mereka yang mencari-cariku. Terutama pemilik tempat itu sendiri"

VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang