15. Bloody Christmas

496 75 5
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.

"TIDAAAKKK!!!"

Meski lebih dulu histeris, namun setelah mendengar teriakanku Naomi langsung beringsut memelukku dan berusaha menenangkanku. Melalui ekor mataku, aku bisa melihat Vodka yang hanya berdiri diam tanpa bergeming sedikitpun. Sorot matanya yang tajam, menatap lekat ke dalam kamar mandi.

"Hehehehe ...."

Suara tawa dengan nada rendah terdengar dari sana. Aku berusaha bangkit dengan di bantu Naomi, kini kami berempat berdiri seolah menonton orang yang tengah tertawa. Naomi memeluk Punpun yang masih menangis tanpa mengeluarkan suara.

"Halo Wen. Ah, sayang sekali kau harus menyaksikan peristiwa ini di rumahmu sendiri. Maafkan aku sayang, karena telah merusak hari Natalmu sepagi ini."

Brughh

Sesosok tubuh yang nyaris tak berbentuk itu jatuh terkulai di lantai. Cairan berwarna merah segar menodai seluruh lantai dan dinding, bahkan banyak yang terpercik sampai keluar. Seorang wanita berdiri disana dengan seutas senyum mengerikan, terlihat berantakan dengan darah memenuhi hampir seluruh tubuhnya. Sebuah pisau daging yang siang tadi sempat di gunakan oleh Vodka, kini tergenggam sempurna di tangan wanita itu.

"P-phi ...,"

"AAAHHH! ... TIDAAKKK, HUAAAAA ...." Baru saja aku membuka suara, tapi teriakan histeris Punpun kembali terdengar.

"KAU PEMBUNUH!!" Jarinya menunjuk tajam ke arah seseorang yang tengah menyeringai sambil memainkan pisau daging itu. Naomi segera berlari ke kamar, namun sesaat kemudian kembali lagi dan memeluk Punpun lagi.

Aku melangkah maju, namun Vodka segera menahan tanganku.

"K-kenapa ... k-kenapa k-kau membunuhnya? KENAPA!?"

"Sstt Wendy sayang, tenanglah. Aku hanya menyingkirkan orang yang akan menghalangi cinta kita."

"KENAPA HARUS MEMBUNUH!!," aku kembali berteriak. Vodka menarikku mundur beberapa langkah ke belakang, air mataku mulai mengalir membanjiri pipiku. Dadaku terasa sesak, antara ketakutan dan juga amarah. Namun tetap kupaksakan untuk bersuara.

"Asal kau tau, sampai kapanpun ... aku, tidak akan pernah sudi untuk jatuh cinta pada seorang pembunuh sepertimu, Kao!"

"Oh wow, aku suka saat kau memanggilku tanpa menggunakan phi, aku merasa semakin dekat denganmu. Kemarilah sayang, kita nikmati darah ini bersama, rasanya manis."

Kao menjilati pisau yang berlumuran darah itu tanpa rasa jijik. Tiba-tiba bel berbunyi, Naomi bergegas pergi untuk membukakan pintu, ternyata beberapa petugas polisi yang datang. Aku yakin Naomi menghubungi mereka saat pergi ke kamar tadi.

 Aku yakin Naomi menghubungi mereka saat pergi ke kamar tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang