20. Sick

503 69 20
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.

Setelah mengantarkan Naomi ke rumahnya, aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan penuh. Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam dan memanggil-manggil Vodka tetapi tidak ada sahutan darinya. Aku menghampiri Bibi Mee dan juga Paman Toh untuk menanyakan keberadaannya, namun mereka mengatakan bahwa Vodka pergi tidak lama setelahku dengan menggunakan taksi dan sampai saat ini belum kembali.

Aku sudah mencoba menghubungi ponselnya berkali-kali, namun sama sekali tidak tersambung. Aku kembali masuk ke mobil dan mengemudikannya menuju rumah Mae & Mommy, berharap dia ada di sana. Namun hasilnya nihil, penjaga rumahnyapun mengatakan bahwa gadis itu belum pernah kembali semenjak menginap di rumahku.

“Vodka … kau dimana?”

Aku menggenggam kemudi dan menumpukan wajahku diatas punggung tangan, aku sangat cemas memikirkannya. Otakku berusaha keras untuk mengingat-ingat, tempat mana lagi yang kemungkinan akan dia tuju.

‘Ah ya! Dia memiliki bunker di markas, bagaimana bisa selama ini aku melupakan hal itu?’

Tanpa pikir panjang, aku langsung menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya kembali menuju markas. Benar, kenapa tadi aku tidak mengecek kesana terlebih dahulu? Sudah lama aku tidak pernah ke bunkernya karena selama kami bersama, dia tidak pernah pergi kesana denganku.

Gerbang besar markas telah ditutup, tidak ada yang berjaga diluar. Aku menghentikan mobilku langsung di depan pintu masuk ruang bunker miliknya, namun aku tidak melihat motornya disana. Aku turun dan menggedor pintu besi itu sambil terus memanggil-manggilnya, namun sama sekali tidak ada jawaban. Dia sudah pasti tidak ada disini, lalu dimana lagi aku harus mencarinya?

Aku kembali masuk kedalam mobil, memijat kedua pelipis saat mendadak merasakan pusing di kepalaku. Aku mengerutkan dahi untuk fokus ke jalanan dan kembali menginjak pedal gas, namun pandanganku menjadi kabur. Ditambah lagi saat mobilku telah berada di jalan utama, mataku terasa sakit saat melihat sorot lampu dari kendaraan lain. Fokusku semakin hilang ditambah suara klakson mobil lain membuatku refleks membanting stir ke sebelah kiri jalan.

Bruakk

Tubuhku terhentak saat bagian depan mobilku menabrak pagar pembatas jalan. Aku sudah tidak peduli dengan apapun, aku hanya ingin menemukan Vodka namun otakku sudah tidak bisa berfikir jernih. Aku mengatur posisi mobilku dan kembali menyetir ke arah rumah.

Menapaki tangga dengan terhuyung menuju kamarku dan langsung merebahkan diri diatas kasur. Kepalaku masih terasa pusing, perutku juga mual akibat insiden tadi.

‘Vodka, dimanapun kau berada sekarang, aku harap tidak ada hal buruk yang terjadi padamu,’ bisikku sebelum akhirnya jatuh tertidur.
.

Hampir dini hari aku terbangun saat merasakan jari-jari seseorang menyentuh wajahku dengan lembut. Kubuka mataku dan melihat sesosok wajah yang sangat kurindukan, tersenyum menyapaku. Vodka berjongkok di pinggiran kasur sambil terus memandangku lembut.

“Kenapa bangun? Tidurlah, ini masih malam.”

“Apa aku sedang bermimpi?”

“Huh?”

“Kalau aku sedang bermimpi, maka aku tidak ingin bangun. Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi.”

“Ini nyata, bangunlah.”

“Vodka?”

Aku berusaha mengangkat tubuhku, tanganku kembali memegangi kepalaku yang masih terasa sakit. Vodka menarik bahuku dan membantuku untuk duduk. Dia menyandarkan tubuhku di tumpukan bantal lalu ikut duduk di pinggiran kasur, menghadapku.

VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang