12. Moment

566 84 0
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.

Kami pergi dengan mengendarai mobilku. Aku duduk di balik kemudi dan Vodka berada di sampingku. Di tengah perjalanan, Vodka mulai bertanya padaku.

"Sebenarnya kemana kau akan membawaku, phi?"

"Ke rumah ibuku."

"Hm? Rumah ibumu?"

"Ya, sudah beberapa tahun ini aku tinggal terpisah dengan kedua orang tuaku. Mereka bercerai, ibuku menikah lagi dan aku memilih hidup sendiri. Setiap bulannya aku selalu mengunjungi ibuku dua kali atau lebih."

"Mm begitu."

Aku menyalakan MP3 yang mengalunkan musik jazz, lalu melirik Vodka dan mengulurkan tanganku untuk mengelus rambut dan pipinya. Dia membalasku dengan tersenyum dan menggenggam jemariku. Kami bersenandung mengikuti irama lagu yang ku putar sampai memasuki komplek perumahan dimana ibuku tinggal.
.

"Ayo turun, kita sudah sampai."

"..."

"Nanti jangan kaget kalau kau bertemu mereka ya."

"Kha"

Aku langsung membawanya masuk kedalam rumah besar itu kemudian sedikit berteriak untuk memanggil ibuku. Ibu muncul dari arah dapur bersama Ibu Amanda.

"Wendyyy ... Ibu merindukanmu, kenapa kau baru datang sekarang?"

"Maaf Bu kemarin-kemarin aku sibuk, aku harus lembur karena banyak pekerjaan."

Aku berbohong pada Ibu karena aku tidak ingin dia khawatir jika aku mengatakan bahwa aku sakit. Dia langsung memelukku dan mencium keningku. Dan sekarang aku harus memberi salam pada wanita yang sampai saat ini masih ku benci.

Ya, dia yang sekarang tepat berdiri disamping ibuku dengan matanya yang memandang Vodka dengan penuh selidik. Ibu yang juga melihat Vodka berdehem dan bertanya padaku.

"Ehm sayang, siapa gadis cantik ini?"

"Ahh Bu perkenalkan, dia Bella."
"Bella, mereka ibuku."

"Sawaddi kha."

"Sadawaddi... Saya Diana dan ini istri Saya, Amanda."

"Senang berkenalan dengan Anda, Khun Diana, Khun Amanda."

"Tidak perlu sungkan, panggil saja kami Ibu. Karena sepertinya kau sangat dekat dengan Wendy."

Ibuku tersenyum dan mengedipkan matanya padaku. Ini kesempatanku untuk menunjukkan bahwa kami adalah sepasang kekasih di depan mereka. Aku meraih jemari Vodka sambil memandangnya dari samping.

"Kha, kami sangat dekat. Dia kekasihku."

"Hahaha Ibu sudah menduganya. Kau tidak pernah mengajak orang lain kemari sebelumnya, bahkan Naomi sahabatmu. Dan sekarang kau membawa seseorang, tentu dia sangat istimewa."

Aku dan Vodka saling berpandangan lalu tersenyum malu. Wajah Vodka yang memerah sungguh menggemaskan, membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Aku menempelkan ujung hidungku pada pipinya.

"Hey hey sudah, dasar pasangan baru. Ayo kita masuk dulu, Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Kalian belum makan, kan?"

"Belum Bu."

"Ayo."

Aku mengikuti ibuku yang berjalan lebih dulu ke meja makan besar di ruang tengah. Sementara Ibu Amanda berjalan di belakang kami. Sedari tadi dia hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sepertinya dia merasa terusik dengan keberadaan Vodka di sisiku.

VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang