11. Confess

561 92 14
                                    

⭐️ Jangan lupa Vote & Komennya kakak 💬
♡♡♡
♡♡

.
.
.

Kao menerobos kerumunan dan membawaku ke barisan terdepan yang paling dekat dengan sirkuit. Para pembalap sudah berada di garis start dengan motornya masing-masing. Penonton ramai yang bersorak untuk mendukung jagoan mereka, dan hampir semuanya meneriakkan nama Luz. Tidak terkecuali Kao dan juga teman-temannya yang lain.

Aku sudah biasa berada di tengah kerumunan yang berteriak, tapi itu di gelanggang. Sejujurnya aku tidak terlalu menyukai pertandingan balap motor. Jadi, aku hanya berdiri sambil mengotak-atik ponselku, berharap ada pesan dari Vodka. Tapi dia tidak menghubungiku sama sekali.

Huh, kemana dia? Bukankah seharusnya sekarang dia sudah pulang dari sekolah? Apa dia masih mengejar ketinggalan pelajarannya kemarin? Dia sangat perfeksionis bahkan hanya untuk berpura-pura menjadi siswi SMP.
.

Cukup lama aku tidak menyadari keadaan sekitar karena terlalu fokus pada layar ponsel. Hingga sebuah tangan menarikku dengan cukup kuat diiringi dengan sorakan semua orang yang saat ini fokus melihat ke arahku.

Aku kaget mendapat perlakuan seperti ini, seseorang mengenakan atribut bermotor lengkap dengan helmnya tiba-tiba menarikku. Aku berusaha melepaskan diri tapi cengkramannya sangat kuat. Hingga seseorang menahan satu tanganku yang lain.
.

"Luz!"

"Heyy siapa kau? Kenapa kau menariknya, lepaskan dia!"

Aku menoleh kearah keduanya dengan bingung. Luz yang baru saja menahan tanganku berusaha untuk menarikku, namun orang di depanku tidak melepaskannya begitu saja. Terjadilah tarik menarik disini.

"Hentikan! Tanganku sakit!"

"Kau dengar, dia kesakitan. Lepaskan sekarang!"

"Kalian berdua, lepaskan aku!"
.

Aku mengibaskan tanganku dari keduanya dan mundur ke belakang. Kao berlari menghampiriku dan segera memegang kedua pundakku.

"Wen, kau tidak apa-apa?"
"Heyy apa yang kalian berdua lakukan? Luz, kenapa dia membawa Wendy? Apa kau menjadikan seorang gadis sebagai taruhan lagi? Lalu kalah sehingga dia membawanya."

"Apa-apaan kau, jangan bicara sembarangan. Aku memang kalah tapi aku tidak pernah menjadikan Wendy sebagai taruhan."
"Dan kau, siapapun dirimu aku sudah menyerahkan uang taruhannya padamu. Kenapa kau masih mengganggu kekasihku?"
.

Aku terkesiap mendengar apa yang barusan Luz katakan, begitu juga dengan Kao. Sementara orang yang menarikku hanya berdiri diam. Aku menatapnya dan berusaha untuk mengamatinya dibalik atribut tebal itu. Ohh, helm schuberth, mungkinkah dia ....

Orang itu membuka penutup kaca helmnya. Damn! Kali ini aku benar-benar akan mati. Sorot mata tajamnya begitu menusuk, membuatku bergidik ngeri. Dia tidak bergeming dari tempatnya namun tatapannya membuat tubuhku gemetar.
.

"Apa kau benar-benar mengabaikanku? Aku akan memberimu pelajaran!"

"Luz hentikan! Aku akan ikut dengannya. Aku mengenalnya."

"Hah?"

Luz dan Kao kompak menjawab dengan nada penuh keterkejutan. Aku mengangguk dan menoleh ke arah rival Luz yang tidak lain adalah Vodka. Oh Tuhan, mengapa dunia sesempit ini.

Sekuat tenaga aku menelan salivaku dan kembali berbicara pada Luz dan juga Kao.

"Maafkan atas semua kejadian ini. Luz, phi Kao, aku akan ikut dengannya. Tidak perlu mengkhawatirkanku, sekali lagi aku minta maaf."

VODKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang