15. Fifteen [ Saingan]

43.6K 6.7K 2.3K
                                    

Halloooo!!!

Dah follow akun ini belum? Biar ada notif kalo update.

Kabar gimanaaa? Aku harap baik yaaaa!

Setelah sekian minggu wkwkw.

Happy reading ♥️

****

Malam ini, Drystan tak pergi ke mana-mana, ia lebih memilih duduk di balkon kamarnya sembari menghisap batang nikotin. Ada satu botol wine yang isinya tinggal setengah sebagai pelengkap.

Ada yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini, terkait mantan Crystal yang kembali datang untuk memperbaiki hubungan. Drystan bukannya takut, ia hanya khawatir kalau nantinya Crystal akan kembali pada Vander. Dari tatapannya saja tadi ia bisa menyimpulkan kalau Crystal masih ada rasa.

"Ah, anjing emang," umpat Drystan kesal, lalu dengan kasar menegak wine itu langsung dari botolnya. Menegaknya secara cepat agar emosinya terlampiaskan, membuat tetesan wine itu membasahi jakunnya yang bergerak naik turun.

"BANG!" seru Kenan sembil menggedor pintu kamar secara kasar hingga menimbulkan bunyi riuh. "Pinjem mobil lo, ya! Gue mau apel nih."

"MODAL DIKIT JADI ORANG!" balas Drystan berteriak. Emosinya sedang tidak stabil sekarang, malah adiknya itu mengajak ribut. "Miskin lo."

Tepat setelah mengatakan itu terdengar bunyi pintu seperti ditendang.

"Bang, lo di mana elahhhh?!" gerutu Kenan dari dalam kamar.

Drystan membisu, agar adiknya itu langsung keluar.

"Ohhh, di balkon."

Kenan ikut bergabung, duduk di samping kakaknya. Dengan wajah tanpa dosa, cowok jamet itu juga mengambil rokok milik Drystan.

"Rokok aja ngambil?!" Drystan berdecih sinis, menatap Kenan tajam. "Miskin lo."

"Dibilangin gue lagi dihukum, Bang. Semuanya disita sama kanjeng ratu." Tangannya bergerak mengambil korek, lalu menyulut rokok yang sudah ia apit dijari. Ia hisap batang itu penuh hikmat. Bulatan-bulatan asap langsung mengepul di udara.

Kenan melirik sekilas, tahu betul kalau kakaknya sedang tidak baik-baik saja hari ini. Ekspresinya begitu keruh dilihat.

"Napa dah? Tuh muka kaya kanebo kering, kaku amat," ceplos Kenan penasaran. Di matanya, hidup Drystan itu sempurna. Tampan, kaya, keluarga harmonis, mau cewek tinggal tunjuk saja, tidak seperti dirinya yang harus mengeluarkan jurus gombal terlebih dahulu.

Drystan membisu. Lebih baik ia memendamnya sendiri. Dan, juga, Kenan bukan tempat cerita yang baik.

"Kalo ada masalah cerita, Bang. Nanti gue bantu." Kenan kembali mengisap rokoknya, lalu mengembuskan asapnya lewat mulut.

Bantu ngetawain, lanjut Kenan dalam hati.

"Bocah kaya lo ada masalah mah lari," sarkas Drystan. "Mana bisa bantu gue."

Kenan mengembuskan napasnya kasar, sudah biasa mendengar mulut pedas itu mencacinya.

"Buktinya sekarang...," Drystan melanjutkan seraya menatap adiknya sinis. "Bukannya minta maaf sama Bunda, biar fasilitas dibalikin, tapi malah ngemis di sini."

Oalah asu, batin Kenan mengumpat. Tak berani secara langsung karena takut kena bogeman.

"Khodamnya si kanjeng ratu itu Titan, Bang. Takut gue," ujar Kenan lalu bergidik ngeri, sengaja mengibaratkan ayahnya sebagai Titan. "Mau meluk aja keburu dijewer."

Drystan : Sweet But Fierce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang