30. Tiga puluh

27.6K 3K 1.3K
                                    

Halloooooo!

Lagi, kuperingatkan, yang bocil-bocil menjauhlah dari sini.

Ini cerita paling brengsek kayanya.

Ini up untuk kalian dan terutama untuk yg ulang tahun.

Vote & komen biar aku makin semangat update<333 menulis cerita bendera merah butuh banyak tenaga ternyata.

Happy reading!!!

****

Belum sempat Crystal menjawab, Drystan sudah meraih tengkuk cewek itu, mencium tepat di bibirnya secara paksa. Di sela ciuman itu, satu tangan yang lain digunakan memencet tombol kamera untuk mengambil gambar pada moment manis ini, berniat mengirimkannya kepada si peneror untuk memberi tahu bahwa dia lah pemenangnya. Sekaligus menekankan kalau Crystal Azaneils hanya milik Drystan seorang, dan untuk ini ... ia bersumpah dalam hati—akan berlaku selamanya.

Crystal mematung, tak menyangka Drystan sebrutal ini padahal sedang berada di keramaian. Jantungnya berdetak tak karuan, mau menghindar pun ia tak sanggup karena terlampau syok. Bibir dingin nan lembut itu masih menempel pada bibirnya. Batinnya berkecamuk, entah mengapa ... ia merasa dejavu dengan ini.

Kemudian hal yang lebih gila lagi dilakukan oleh Drystan.

Cowok itu membubuhkan kecupan mesra sampai bunyinya terdengar, setelah itu bergerak menjauh tanpa rasa bersalah. Drystan tersenyum menyeringai bak iblis, seraya mengirimkan gambar yang baru saja ia ambil untuk si peneror itu. Ia tekan kasar layar ponsel itu karena emosi masih menguasainya.

"Lo, gila," ucap Crystal setelah menormalkan napasnya. Menatap Drystan dengan pandangan berkaca-kaca. Sedih, malu, kecewa bercampur jadi satu. Ini, bukan Drystan yang ia kenal sebelumnya. Bukan Drystan si ketua OSIS yang memiliki segudang prestasi. Bukan juga, manusia bijaksana kalem alim dan segala title baik yang tidak ada habisnya itu.

Manik Drystan menatap Crystal sejenak, menyusuri bagaimana ekspresi perempuan itu setelah ia cium dengan tiba-tiba. Paham bahwa Crystal kecewa, tapi siapa peduli? Drystan hanya butuh pengakuan sesuai apa yang ia inginkan.

"Lo, brengsek." Lagi, Crystal menghardik Crystal dengan emosi yang tertahan.

"Yes, I am." Tak membantah, juga tak berusaha menutupi image baiknya. Mengatakannya santai tanpa rasa bersalah.

Crystal menggelengkan kepalanya pelan, tercengang dengan respon di luar dugaannya. Lihat, bagaimana si brengsek itu mengatakannya tegas. Ke mana sikap alim yang selama ini digadang-gadang oleh seluruh siswa? Sudah terang-terangan ternyata.

"Otak lo di mana, Kak? Dengkul kah?!" omel Crystal sembari mengetuk pelipisnya sendiri.

Drystan menaikkan satu alis, "Di kepala."

Jawaban itu lagi-lagi membuat Crystal frustasi. Kesabarannya benar-benar diuji kali ini.

"SUMPAH! LO TUH?!" Crystal mengepalkan tangannya kuat, geram sekali.

Drystan maju selangkah, menyahutnya lembut, "Iya, sayang..." Jeda sebentar, lalu menyentuh pipi Crystal dengan kepalan tangannya. "Hm, gue kenapa emang?"

Crystal refleks menjauh. Kaget karena dalam hitungan detik sikap Drystan sudah berubah.

"LO KEPRIBADIAN GANDA, YA?!" tuding Crystal aneh.

Drystan terdiam, kepribadian ganda? Sepertinya tidak. Ia bersikap menyesuaikan diri dengan siapa yang menjadi lawannya. Ia bisa menjadi baik kapan pun ia mau, begitu pun sebaliknya, ia akan menjadi orang paling jahat kalau diusik.

Drystan : Sweet But Fierce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang