39. Tiga sembilan

5.2K 1.4K 1.2K
                                    

Hi.

Enjoy yeah.

Happy reading ♥️

Please buang negatif, dan ambil positifnya saja yaaaa🙏🥹♥️

Kalo ada typo tandain ya, ga sempet revisi lagi karena ini pun udh kemaleman.

Pyyy readinggg🔥

*****

Semuanya menyingkir takut kala tubuh tegap Drystan lewat di koridor dengan langkah cepat. Tidak ada keramahan seperti biasa yang selalu ditampilkan, itu membuat semuanya berpikir ada sesuatu yang tidak beres.

Bahkan hanya dengan melihat ekspresinya saja membuat yang melihat merasakan kengerian. Tidak biasanya Drystan semurka ini. Tatapan setajam elang berkilat amarah yang hanya fokus ke arah depan, tak peduli dengan apa pun.

"Jangan jadi bajingan rendahan."

Peringatan dari Andrew tadi rasanya hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Seperti yang Drystan bilang, kalau dia selalu kehilangan kontrol jika tentang Crystal.

Berulangkali mengumpat dalam hati rasanya tidak cukup. Kepalanya sudah ingin pecah, seiring dengan sekujur tubuh yang memanas karena amarahnya benar-benar meluap.

Perempuan yang dipujinya habis-habisan, mengkhianati dengan perilaku tidak bermoral. Bertingkah layaknya pelacur yang tidak ada harga dirinya sama sekali. Sakit, kecewa, marah, semuanya bercampur aduk.

"Bang, kenapa?" tanya Kenan dengan dahi mengernyit, tidak biasanya kakaknya itu setegang ini. "Bang—"

Drystan hanya mengangkat satu tangannya, sebagai isyarat menyuruh Kenan diam.

Kenan menelan salivanya takut, ada apa gerangan? Sampai kakaknya yang bijaksana ini murka.

"Bang!" Kenan menahan tangan Drystan yang rasanya keras sekali. Otot-otot iu mengencang, uratnya bahkan mencuat ke permukaan.

Drystan menatap nyalang Kenan, lalu mengucapkan kata-kata penuh penekanan, "Shut the fuck up!" kemudian menghempaskan kasar tangan adiknya. Tidak ada yang bisa menghalangi niatnya untuk menghakimi Crystal, bahkan sekali pun itu Andrew.

Kenan menggelengkan kepalanya pelan, memilih mundur selangkah. Melihat kilatan amarah dari netra Drystan, membuatnya merasa ini bukan kakaknya.

Tidak, ini tetap Drystan, tapi mungkin Drystan versi ini, Kenan belum pernah mengenal atau melihatnya.

"Lakuin apa pun yang lo mau, Bang. Asal Kanjeng Ratu jangan sampe kecewa," lirih Kenan, menyebut satu-satunya kelemahan Drystan agar tetap dalam batasan.

Drystan mengepalkan satu tangannya sampai buku-buku jarinya memutih. Kemudian berlalu tanpa menatap Kenan. Kalimat itu pun tak berpengaruh, karena tidak ada yang bisa mengerti level kecewanya kali ini.

****

"What's wrong?" tanya Andrew berdesis sambil meraih pisau lipat di lipatan celana, pasti ada yang tidak beres ketika melihat Drystan semurka ini menghampirinya di rooftop sekolah. Tidak biasanya Drystan mengganggu tempat ternyamannya untuk bolos.

"Nothing."

Andrew terkekeh sarkas, merasa lucu dengan jawaban Drystan. "Cih, nothing katanya."

Drystan membuang muka ke arah lain, untuk menghindari tatapan Andrew.

"Muka lo—" Andrew menunjuk Drystan dengan pisau lipatnya. "Kaya mau ngabisin orang sekarang."

"Lo bawa wine?" tanya Drystan langsung. Mungkin hanya itu yang bisa meredam emosinya. Jujur, ia sulit menahan amarah, ingin menghajar siapa pun yang mengganggu pandangannya sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Drystan : Sweet But Fierce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang