Hi.
Aku up lagi. Terima kasih banyak yang masih mendukung cerita ini huhu, nyempatin vote dan komen juga. Maafin aku ya kalo banyak salah dan kurangnya.
Enjoy, ya.
Happy reading ♥️
****
Crystal sudah terlelap tenang berkat kelembutan elusan Drystan di pelipis. Cewek itu juga menjadikan tangan Drystan sebagai bantal membuat cowok itu tak bisa beranjak, membiarkannya demi tidur dengan kenyamanan.
Drystan hanya diam, mengamati bagaimana Crystal tertidur dengan tenang. Belasan menit berlalu, dan Drystan masih setia di tempatnya seakan ini moment yang tak boleh dilewatkan. Tidak ada pemandangan lebih indah daripada ini, melihat Crystal terlelap di tempat tidurnya, melihat Crystal dengan nyaman menjadikannya tempat bersandar, dan melihat bagaimana Crystal mempercayai dia sepenuhnya.
Oh, God, Drystan merapalkan doa dalam hati kelak di masa depan ia masih bisa melihat pemandangan ini dalam ikatan yang sakral.
Tidak ada pikiran brengsek yang hinggap, setidaknya untuk saat ini ... Drystan hanya ingin menikmati keindahan muka polos ini dengan hati yang bersih setulus hati.
Crystal ini, perempuan ceria yang nyatanya menerima banyak luka. Tumbuh dari keluarga yang terlihat cemara di depan mata, padahal dalamnya hancur berkeping-keping.
Ah, mendadak Drystan sedikit menyesal atas perbuatan brengseknya yang lalu. Namun, tidak ada gunanya menyesal, semuanya sudah lalu, yang terpenting dia selalu ingin berubah menjadi lebih baik untuk perempuan ini.
"Covernya aja ceria dan cewek kue," gumam Drystan miris. "Nyatanya genre hidupnya angst."
Drystan perlahan menyingkirkan tangannya dengan hati-hati, karena ada kepentingan yang harus ia urus. Ponselnya juga bergetar tanda ada yang menghubunginya. Drystan buru-buru keluar untuk menjawab telepon.
Helaan napas terdengar berat ketika tahu yang menelpon adalah ayahnya. Drystan menggulir layar untuk menjawab.
"Dimana kamu Drystan?" Pertanyaan dengan nada tak santai itu menyambut telinganya.
"Apart. Why?" Drystan menjawab sambil berjalan untuk mengambil minum.
"Pulang. Bunda nyariin." Lebih ke perintah, dan untuk kali ini Drystan belum bisa. Ia tak mungkin meninggalkan Crystal dalam keadaan sedih.
"Nggak bisa sekarang, Pa. Bilang ke bunda Drys ada urusan." Drystan lalu meminum air putih untuk mengobati tenggorokannya yang terasa kering.
"Urusan apa?"
Drystan terdiam. Kalau ia bicara jujur, bisa habis dia dihajar oleh Papanya.
"Di apart ada urusan apa?" ulang Gilgey penuh penekanan. Seolah tahu ada yang janggal.
"Ada tugas." Drystan terpaksa berbohong demi wajahnya tidak luka lagi.
"Pelajaran apa? Biologi hm?" sarkas Gilgey, sepertinya sudah tahu ada yang tidak beres.
Drystan meraup wajahnya frustasi. Memang sulit mengelabuhi ayahnya. "Nggak, Pa. Drys ngga sebrengsek itu."
"Yes, you are."
Drystan berdecak kesal, mampu menyulut emosinya. "Ada Crystal di sini. Papa tahu kan artinya?"
Drystan langsung memutuskan panggilannya secara sepihak. Membiarkan ayahnya di sana tenggelam dalam emosi serta berpikiran macam-macam tentangnya. Toh, dirinya juga sudah dikenal brengsek oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drystan : Sweet But Fierce!
Fiksi RemajaTidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu atau dengan orang-orang tertentu. Citranya begitu baik di publik, membuat orang-orang tak percaya...